Thursday, December 29, 2005

PERSAHABATAN YANG TAK KENAL PADAM(created by: Soesilo)


Seseorang tiada yang tak bertemanSeseorang tidak ada yang sendiriPasti walau hanya satu atau duaDia memiliki seseorang yang disebut: sahabat

Sahabat
Satu kata yang menggambarkan hubungan pertemananPertemanan yang lebih dari hanya sekedar 'teman'Pertemanan yang demikian erat dan akrabPertemanan yang telah dilandasi kesalingfahamanKesalingmengertian antara berbagai pihak yang bertemanPertemanan yang sangat penting, berpengaruh dan berefekBahkan berpengaruh dalam pembentukan perilaku, akhlak dan karakterJuga berpengaruh kelak atas nasibnya di akherat

Sahabat
Carilah sahabat sebanyak bisa dicariSahabat ada disamping kitaSaat kita duka... apalagi dikala kita bahagiaSahabat tidak mudah memang mencarinyaMembutuhkan begitu panjang waktu tuk mengenalinya

Saat kita pedih perih dan lukaSahabat akan mengerti tanpa kita kabariDia seakan punya antena yang amat pekaTerhadap kondisi dan rasa hati kita
Sahabat yang nyata Dia tidak bisa memadamkan persahabatnyaDan tidak bisa pula dipadamkanOleh hanya seperak hartaApalagi sesungging senyuman yang manis rupa

Mari kita bersahabatSebagai sahabat yang nyataSahabat yang saling percaya dan terbukaYang melahirkan kesalingmengertianYang akan menentramkan kita tatkala kita dahaga
Bantul, 26 Desember 2006
Zu Xy Lau

Monday, December 26, 2005

For My Beloved Beautiful Wife!!


Kelas 2 SMA
Perasaan itu tumbuh sedikit demi sedikit. Aku tidak bisa berbohong lagi bahwa aku mencintainya. Mungkin sangat mencintainya. Entahlah, aku sendiri merasa aneh. Setelah 16 tahun aku menjadi temannya, aku baru merasakan hal ini sekarang. Padahal, setiap hari aku bertemu dengannya.

Hari ini, aku benar-benar, 100 % menyadarinya. Dia wanita yang sempurna. Cantik, cerdas, modern,…apa yang kurang darinya? Excellent. Aku ingat betul kata-kata guru bahasa Inggrisku tadi siang.

"What men look for in a partner? First, physical attractiveness. Then, warm and affection, social skills, homemaking ability, fashion sense and sensitivity."
Itu pendapat laki-laki Amerika Utara. Tapi, boleh kan aku mengangankan wanita seperti itu juga?

Kalau dipikir-pikir, apa yang tak ia punya? Ia cantik, body-nya OK, lemah lembut, dan pintar bergaul. Sebagai temannya aku juga cukup tahu kalau dia pandai mengurus rumah. Aku kan sering bermain ke rumahnya. Soal fashion, cewek mana yang tak kagum dan ingin meniru dia? Dia itu trendsetter. Dan yang pasti dia sangat peka terhadap perasaan orang lain. Dia itu seorang psikiater buatku. Satu lagi yang perlu kutambahkan, dia itu pintar dan berwawasan luas. Sekretaris OSIS, juara parallel, presentasi sempurna, dan percaya diri yang tinggi. Cowok mana yang tak tertarik padanya?

Dan sejak kelas 2 SMA ini aku merasakan perasaan aneh itu. Yang kuyakini sebagai cinta. Ya, aku yakin sekali inilah cinta yang sesungguhnya. Cinta sejati yang hanya akan kurasakan sekali saja. Aku setengah yakin bahwa Niken, gadis Jogja yang sangat modern, teman mainku sejak kecil itu adalah cinta pertama dan akan jadi yang terakhir buatku.

Minggu kedua Bulan Januari, Sembilan tahun kemudian…
"Kamu ini mau istri yang seperti apa to’ Le? Lihatlah umurmu, sudah 25. Apa ndak kepikir untuk cari istri yang baik buat kamu?"

Ah…awalnya aku cukup merah kuping waktu mendengarnya. Entah sudah berapa kali Simbok menanyakan hal ini padaku.

"Simbok itu kuno. Jaman sekarang laki-laki menikah umur 30 tahun saja biasa. Kenapa aku yang baru berumur 25 tahun musti kesusu?" bisik batinku. Tapi, di depan Simbok aku tetap diam saja.

"Kamu itu kurang apa to, Le? Kuliah sudah lulus, kerja yo wis mapan. Nunggu apa lagi?"
"Nunggu calon, Mbok." Jawabku sekenanya. Padahal sebenarnya aku pun tak tahu apa yang kutunggu.
"Calon itu jangan ditunggu. Kamu itu lanang, Le. Musti nyari."

"Iya, Mbok." Malas-malasan aku memenangkan Simbok.
Percakapan itu cukup mengusikku juga rupanya. Mau tak mau aku tak bisa tidur malam ini. Sempat muncul bayang-bayang Niken di otakku. Apa mungkin dia? Tapi, bukankah sejak kuliah dulu, dia sudah mulai berubah? Dia tak lagi menghiraukanku. Ah…lalu, apa aku musti mengakhiri masa lajangku secepat ini? 25 tahun?

Astaghfirullah!!! Aku terhenyak pada bilangan itu. Aneh, aku baru sadar, padahal sudah sejak tadi aku memikirkannya. 25 tahun…bukankah Rasulullah juga menikah di usia itu? Aku sudah tidak muda lagi rupanya. Ah…aku bersikeras untuk tidak memikirkannya dulu. Mungkin, mending aku baca buku saja dari pada terus terusik. Aku asal buka-buka buku yang ada di depanku. Dan…

"Wahai para pemuda, jika salah seorang di antara kalian sudah mempunyai kemampuan, hendaklah segera menikah…"

Astaghfirullah!!!

Minggu ketiga bulan Januari
Hari ini juga kuputuskan untuk memberitahu Simbok tentang perasaanku pada Niken. Awalnya Simbok menolaknya mentah-mentah, dengan alasan kami ini orang miskin. Pekerjaanku sebagai staff redaksi di sebuah majalah islami -yang kata Simbok sudah mapan- itu pun ‘tak level’ untuk priyayi macam keluarga Niken. Aku terus membujuk Simbok. Aku yakin, Niken memang jodohku. Dan untungnya, Simbok luluh juga.

Ternyata keluarga Niken tak segarang apa yang ada dalam bayangan kami. Intinya, mereka menerima lamaran itu. Niken juga. Ah…bungah rasanya membayangkan punya istri sesempurna Niken. Apa kata teman-teman kantor nanti?

"Wah…istrimu cantik banget. Pinter banget. Rumahmu rapi banget…"
Serba banget pokoknya. Bawaannya orang lagi seneng mungkin ya?
Sekarang, masalahnya hanya mencari mahar untuk Niken. Aku sempat terhenyak ketika mendengar tujuh digit angka tersebut. 9.999.999 rupiah??

"Angka 9 itu kan paling gedhe. Jadi, itu bukti cinta Mas Handoko yang paling gedhe untuk saya, Budhe. Kalau Mas Handoko benar-benar mencintai saya, saya rasa ini bukan masalah." Kata Niken waktu itu, langsung di depanku dan Simbok. Aku tak habis pikir. Bukankah wanita yang paling baik itu yang paling murah maharnya? Kenapa Niken justru meminta mahar sebanyak itu? Lalu, dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Tapi, apa aku musti menawar mahar?

Ah…pusing rasanya. Mau nikah saja kok susah. Aku tidak ingin proses ini terlalu lama. Tapi, mahar sebanyak itu mana bisa aku dapatkan dalam waktu dekat ini?

Bahkan, belum aku berhasil mendapatkan uang sebanyak angka tujuh digit itu, aku sudah dibuat shock lagi oleh keluarga Niken. Mereka tiba-tiba membatalkan penerimaan lamaran. Hanya Karena aku meminta Niken untuk memakai jilbab saat pernikahan dan sesudahnya.

"Mau kawin kok ngatur-ngatur. Mas kawin saja belum kelihatan sudah minta yang aneh-aneh." Begitu kabar yang aku dengar telah menyebar dari mulut ke mulut, mengenai tanggapan keluarga Niken.

Bisa dibilang aku frustasi. Niken sendiri menolak mentah-mentah permintaanku itu. Saat itu pula aku sadar, banyak hal yang tak kuketahui tentang Niken. Persahabatan kami selama ini bukan jaminan untuk mengetahuinya lebih dekat lagi. Dan, bukan hanya aku yang malu. Simbok pasti lebih malu lagi, karena Simbok yang lebih banyak bergaul dengan tetangga kami. Aku tidak tega. Tapi, mau bagaimana lagi? Semua sudah terjadi. Kami hanya bisa menghadapinya saja.

Bulan Maret, minggu kedua
Sudah sebulan berlalu sejak penolakan itu. Aku memutuskan untuk tidak terlalu pusing memikirkannya. Walaupun para tetangga masih suka menggunjing kami ataupun keluarga Niken. Aku tidak peduli. Sekarang aku ingin lebih terfokus untuk belajar terlebih dahulu. Mungkin, semua itu terjadi karena aku terlalu terburu-buru.
Tapi, belum lama aku memutuskannya, malam ini aku bermimpi sesuatu.

"Mbok, aku mimpi disuruh menemui Pak Ustadz Fachrozi, yang ngajar ngaji waktu kuliah di kampus dulu. Kira-kira ada apa ya, Mbok?" tanyaku pada Simbok.
"Coba kau temui saja. Mungkin itu petunjuk dari Gusti Alloh, Le."

Singkat cerita, kutemui Ustadz Fachrozi di rumahnya. Kuceritakan perihal mimpiku pada Ustadz, tak lupa kabar pembatalan pernikahanku dengan Niken.

"Yah…kita ambil hikmahnya saja, Ko. Justru dari situ kan, kita bisa tahu apa pentingnya ‘perhiasan dunia yang paling indah itu’? Wanita sholehah. Tidak perlu disesali. Bukankah laki-laki yang baik itu untuk wanita yang baik pula? Dan sebaliknya. Jadi, kalau kamu yakin kamu itu baik, jangan pernah ragu dengan janji Alloh. Dan ingat, apa yang kita cintai di dunia, belum tentu dicintai olehn-Nya. Tapi yakinlah, Allah pasti tahu apa yang terbaik untuk kita."

Aku mendengarkannya dengan seksama. "Terimakasih, Ustadz." Lega rasanya setelah aku berbincang dengan Ustadz Fachrozi. Dulu waktu di kampus, beliau memang idola anak-anak. Dekat pula dengan mereka, termasuk aku. Dari beliau pula aku mulai belajar untuk tidak terfokus pada Niken, sampai aku siap menikahinya. Dan sekarang….

"Sekarang, mau tak…Ustadz kasih lihat wanita cantik?"
"Maksud Ustadz?"
"Ya…coba lagi."
Aku agak gusar. Sebenarnya, aku masih takut.
"Cantik…sekarang saya hanya perlu yang sholehah Ustadz."
Ustadz Fachrozi hanya tersenyum kecil.
"Lihat saja apa nanti kamu bisa menolak ‘cantik yang ini’." Aku hanya mengerutkan dahi.
Bulan April

Ceritanya aku, Simbok, dan Ustadz Fachrozi menemui orang tua wanita yang kata ustadz Fachrozi cantik itu. Aku juga diperbolehkan untuk melihat wanita itu. Cantik memang, walaupun tampak lebih sederhana dari Niken. Kata Ustadz Fachrozi, dia sholehah. Itu yang paling penting buatku sekarang.

Dan ternyata, proses menuju pernikahan begitu cepat. Tak lebih dari dua minggu proses ta’aruf, kami merasa cocok. Tentu keputusan ini aku ambil setelah melakukan sholat istikharah seperti kata Ustadz Fachrozi. Kini kami telah resmi menjadi suami istri dan tentu, kami telah memiliki hak dan kewajiban masing-masing.

Kurasa pria manapun yang menikah dengan wanita sholehah macam istriku, cepat atau lambat akan tahu secantik apa istri mereka. Isyah istriku , memang cantik. Perhiasan dunia yang terindah buatku. Bahkan, aku seperti melihat calon bidadari surga di rumahku sendiri setiap kali memandangnya.

Bayangkan, dari bangun tidur hingga tidur lagi wajahnya yang mendominasi rumahku. Tapi aku tak pernah bosan. Selalu ada saja yang membuat dia tampak begitu cantik di mataku. Bukan wajahnya. Tapi, apa yang terpancar dari wajahnyalah yang membuatnya demikian. Dia teman yang baik, yang selalu mengantarkanku pergi bekerja dengan senyum yang meneduhkan. Dia yang selalu menyambutku penuh kerinduan saat aku letih sepulang bekerja. Dia teman diskusi yang jenius. Subhanallah…Bayangkan betapa cantik hatinya…saat ia berhasil meredam emosiku yang kadang meluap-luap. Cantik kan?

Dan, melihatnya seakan memberitahukan padaku bahwa cinta yang sejati adalah cinta kepada Yang Menganugerahkannya padaku.


Rait
Yogyakarta, 21 Oktober 2005

Saturday, December 24, 2005

THE NEW ME IN THE NEW YEAR

(evaluasi diri tahun bari)
Tahun baru. Hal yang mungkin udah dinanti-nantikan banyak orang. Buat aku, sebenernya tahun baru tuh bukan hal yang spesial, yang musti dirayain rame-rame bareng temen-temen atau orang terdekat kita. Tahun baru buat aku adalah kesempatan kita buat evaluasi diri. Banyak yang melakukan evaluasi selain aku. Misalnya perusahaan-perusahaan, instansi pemerintah, dan tentunya aku berharap banyak orang yang melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan.

Tahun baru itu kesempatan kita untuk menilik lagi apakan tujuan akhir hidup kita udah bener? Misalnya tahun kemarin aku punya target untuk jadi juara kelas. Apa targetku udah aku dapet tahun ini? Trus, berapa persen dari semua target tahun lalu yang udah tercapai dan berapa yang belum? Aku perlu bikin evaluasi tentang itu. Trus, nata rencana dan target untuk tahun depan. Kalo tahun kemaren aku cuman pengin jadi juara kelas, sekarang aku punya target untuk jadi juara parallel misalnya.

Tahun baru buat aku saat-saat yang indah juga buat ngenang setahun yang udah berlalu. Misalnya, tahun ini aku dapet banyak hal spesial yang dikasih Tuhan dan aku belajar banyak hal baru. Misalnya gimana aku bisa nerima kenyataan, kalau nggak semua keinginan dan harapan kita tuh musti tercapai and terturuti. Kutipan ini aku dapet dari Ayahku waktu beliau bilang, “Yah…maklumlah Yan, Ayah juga tahu kok gimana rasanya kecewa. Waktu kecil Ayah juga sering kecewa. Tapi kan nggak papa. Nggak semua keinginan itu harus dituruti.”

Trus aku juga dapet pelajaran kalau materi itu nggak seberapa penting daripada…banyak hal. Persahabatan misalnya. Atau dukungan orang-orang yang nggak bisa dibayar dengan uang. Ini aku dapetin waktu aku cuman jadi juara III di suatu lomba. Ya, sempet kecewa juga. Tapi nggak aku sangka-sangka, aku nemuin hal baru kalau ternyata banyaaak banget orang yang dukung aku. Dari temen-temen sekelas, guru-guru, sampe petugas TU yang aku nggak kenal dia pun kasih dukungan buat aku. Berapa rupiah tuh dukungan bisa dihitung? Nggak bisa dong. Dan masih banyak lagi pelajaran yang bisa aku petik selama setahun ini. Yah, setahun ini bikin aku lebih kaya and dewasa, daripada setahun yang sebelumnya.

Tahun baru juga waktunya aku buat bikin pengakuan atas kesalahan and dosa-dosa aku buat jadi “aku yang baru”. Misalnya tahun lalu aku pernah pinjem kartu perpustakaan temenku tanpa ijin and bikin dia kalang kabut nggak karuan. Itu semua tuh inisiatif temenku. Tapi aku nggak bisa nyalahin siapapun. Salah atau nggak kan pilihanku sendiri. Kenapa aku mau coba? Akhirnya aku harus ngerasa berdosa banget. Dan aku belajar buat ngeakuin kesalahan (tanggung jawab man!).

Trus, ada hal spesial yang aku dapet selama setahun ini. Aku dapetin Ayahku tuh perhatiaaaan banget sama aku. Aku juga nggak tahu Ayahku kena sambet apa (na’udzubillah). Tapi beliau tuh bener-bener hebaaaat banget. Maniiiis banget. Aku suka banget deh.

Nah, untuk nata tahun depan aku musti bisa kasih balasan buat sikap semua orang sama aku. Dan aku musti jadi The Better Me! buat tahun ini dan tahun-tahun berikutnya.

Ada dua pilihan untuk tahun depan, buat siapa pun yang mau evaluasi diri. Simple aja kok. Jadi lebih baik atau lebih buruk. Kata Sean Covey (aduh aku tergila-gila sama dia apa yah? Aku ambil intinya aja yah), mau jadi apapun kita itu pilihan kita. Jadi, jangan sampe nyalahin siapapun seandainya tahun depan kita jadi the worse us. Karena itu kan pilihan kita juga. Maka dari itu, kenapa kita musti bikin rencana buat tahun depan yang lebih baik. Jangan sampai deh, tahun depan kita masih jadi tukang niru. Tahun ini kita musti jadi orang yang bisa kita banggakan. Artinya, tahun depan kita musti bangga sama diri kita dengan segala yang udah dikasih Tuhan buat kita. Kalau tahun lalu kita masih ngerasa didikte sama ortu, pacar, temen, atau orang lain di sekitar kita, tahun ini kita musti independen.

Kalau tahun lalu kita masih ngerengek-rengek minta ini-itu sama ortu, tahun ini kita musti bisa buat lebih ngerti ortu and ngehormatin mereka. Kalau bisa, kita tunjukin kalau kita bisa dapet apa yang kita pengin by our selves. Bantu ortu juga kan?

Trus, kita juga musti kumpulin semua masukan-masukan buat bangun diri kita sendiri. Misalnya tahun lalu aku dibilang kalau lagi sibuk suka nggak pedulian. Tahun ini aku musti gimana? Lebih bisa ngatur antara pribadi dan sosial dong. Boleh sibuk tapi nggak lupa temen. Trus kalau tahun ini kita dapet kritik pedes dari guru katanya kita selengekan, tahun ini aku jadi the better student!

Oh iya, tahun ini aku dapet PR untuk bikin klub karya ilmiah di sekolah. Aku juga musti bikin action plan juga dong biar nggak amburadul and bisa jadi klub yang baik. So, udahan dulu yah…!

MY SPECIAL DAY

Tanggal kesayangan gue 10 Januari udah mau dating. Tapi aku nggak terlalu suka. Selain berasa udah mulai tua, sisa umurku udah berkurang 18 tahun. Sedih banget….
Tapi, aku berasa dewasa juga. Biarpun aku mungkin masih di tahap middle adolescent tapi berasa udah pengin dewasa aja. Biarpun masih banyak yang bikin aku blom pantes dibilang dewasa, tapi nggak apa aku mau bilang kalau aku udah dewasa. Suka-suka aku dong!!!
Trus, aku pengin matur thank you buat orang-orang yang udah berjasa banyak buat aku. Buat Ayah-Ibu yang udah so kind….hiks..hiks…mohon maap jg deh. Trus buat kakak-kakakku yang unik-unik, gengsi gue bilang thank you. Temen-temen yang senasib sepenanggungan, so thank you for all. Buat orang-orang nyata yang udah bikin aku belajar banyak tentang hidup and kehidupan (cie…sruuut sruuut…ih jijay). Trus…buat orang-orang dunia maya juga nggak ada salahnya. Thank you. Buat pengemis di jalan, tukang jualan di sekolah, pak kbon, petugas perpus, thanks for the service (pengemis ngasih servis apa? Au ah..)
Buat orang-orang yang udah bikin bete. Maybe kalian cuman salah satu sarana dari Tuhan buat ngingetin aku supaya jangan bikin bete orang lain. Dan yang pertama……(lho kok di belakang..) Thanks GOD!! I LUV U so much…!!

Belajar dari Kegagalan

Ada banyak hal positif yang bisa kita ambil dari cerita hidup kita. Sekarang aku tahu kenapa cerita hidupku itu bisa indah banget. Karena hatiku bilang itu indah. Sean Covey pernah bilang, APA YANG KAMU DAPATKAN ADALAH APA YANG KAMU LIHAT. Jadi, ketika aku lihat hidupku itu indah, itu yang aku dapat. Hidup itu indah buat aku. Bahkan aku bisa nyombong kalo hidupku tuh lebih indah dari hidup siapa pun. Itu hakku kan? Dan semua orang nggak salah kok seandainya mereka mau bilang hal yang sama tentang hidup mereka. Hidup kita lebih indah dari novel-novel terkenal macam “The Lost Boy”, “A Child Called It” atau “A Man Named Dave”-nya Dave Pelzer.
Kemaren aku kalah waktu ikutan lomba karya ilmiah siswa (KIS). That’s very bad. Buuuuuruk banget buat aku. Nggak ada yang lebih buruk daripada ngikutin sesuatu yang ‘nggak seharusnya diikutin’. Aku lebih suka bilang begitu. Aku lebih suka bilang bunuh diri. Siapa yang mau ikut lomba karya ilmiah kalo naskahnya musti jadi dalam sehari semalem?
Tapi aku yakin, nggak ada ruginya kalo aku ikut. Toh aku punya prinsip…”Keep on Trying”. Walaupun aku sadar bener…kalo aku lagi ngelakuin sesuatu yang nggak perlu aku lakuin. Sesuatu yang sia-sia. Aku nggak akan menang dengan naskah yang kayak gitu. Yang jelek. Yang amburadul. Yang tanpa persiapan. Aku yakin nggak akan ada juri yang menangin aku, kecuali kalo jurinya ngantuk. Nggak ada keajaiban dengan suatu kebodohan. Nggak akan semudah itu.
Tapi…semua itu bukan berarti kalo semua udah berakhir kan buat aku? Toh aku nggak akan rugi. Nggak sakit, nggak kehilangan apapun. Aku musti tetep ikut. Apalagi udah ada banyak orang yang dukung aku.
Dan aku dapet satu tantangan lagi. Musti presentasi dengan bahasa Inggris. Sampe detik-detik terakhir aku masih ragu apa aku bisa. Aku benci itu. Nervous n gak percaya diri. Semua jadi sulit. Kurasa bukan karena aku nggak mampu. Lebih karena aku nervous, tertekan sama keadaan diri sendiri. Dan karena itu pula aku musti puas nangkring di urutan 12 dari 25. So BAD!!!
Tapi ada yang bisa aku ambil dari itu semua. Kaya dalam buku “The 7 Habits of Highly Effective Teens”-nya Om Sean, jadilah proaktif. Bukan reaktif. Aku adalah sumber pendorong bagi diriku sendiri. Manusia bisa bahagia atau tidak adalah tergantung pilihannya sendiri (Abraham Lincoln, mantan presiden Amerika Serikat). Aku nggak bisa nyalahin furuku yang udah nyuruh aku ikut, padahal beliau juga nggak yakin aku akan menang. Dan dia tahu, kemungkinan buat menang itu kecil banget. Atau karena beliau kasih sms aku yang bikin aku nangis sebelum lomba. Itu cuman dukungan dan harusnya aku bersyukur untuk itu. Aku juga nggak bisa nyalahin kepala sekolah yang nggak pernah tanggap sama ajang kreativitas anak-anaknya sampe informasi selalu aja dating telat. Atau keadaan yang bikin aku gecubrakan. Semua itu udah jadi pilihanku. Aku yang milih untuk ikut. Aku yang pengin nyoba dan buktiin prinsipku sendiri. Semua pilihanku. Aku yang bilang dalam hati, nggak ada ruginya aku ikut. Aku udah ngikutin kata hati. Jadi, nggak ada yang salah dong. Bahkan kalo akhirnya aku kalah, juga bukan suatu kesalahan. Itu bisaa, kata guruku (berarti aku bisaa kalah dong…huaaa……)
Dan semua kebukti kok kalo emang nggak ada ruginya aku ikut. Aku bahkan bisa nyebutin daftar keuntungan yang aku dapet dari situ. Aku bisa dapet banyak temen, tambah pengalaman, tambah pengetahuan, tambah pede, dan aku jadi tahu, nggak perlu takut untuk nyoba sesuatu. Aku jadi sadar, aku udah ngelakuin sesuatu yang hebat. Bukannya nggak semua orang mau dan berani, walaupun sekedar buat nyoba? Dan aku udah buktiin kalo aku bisa. Itu hebat kan? Dan kaya kata Bapakku, aku udah menang pengalaman. Dan mimpiku selama ini yang bikin aku males masuk SMK (karena di SMA ada KIR) bakal terlaksana. Bakal ada klub KIR di skul dan aku bakal bikin sejarah baru. (Cie…)
Banyakkan yang aku dapet? Dan aku jadi percaya. Kalo…ada yang baik juga karena ada yang jelek, kita bisa dibilang pinter karena ada yang nggak pinter, kita belajar jadi pendengar dari orang yang banyak ngomong, dan KITA BISA BELAJAR BERHASIL DARI KEGAGALAN YANG UDAH KITA DAPAT SEBELUMNYA. Sukses itu bukan dari hasil yang kita capai aja, tapi ke perasaan kita juga. Kalo kita merasa sukses, maka itulah kesuksesan kita yang sebenernya.
Jogjakarta, 20 Desember 2005
Rait Rahmatullah

Tuesday, December 20, 2005

atjeh


Beberapa hari lagi bakal ada acara perpisahan di skul. Aku nggak tau acara macam apa yang bakal dibikin sama anak-anak OSIS. Yang aku tahu, acaranya berhubungan sama selesenya masa praktek anak-anak Aceh di skulku. Yang artinya, mereka bakal balik lagi ke daerah asalnya, Nangroe Aceh Darussalam.

Wah…nginget-inget anak Aceh sebenernya rada bikin nggak ngeh juga. Awal perkenalan yang bikin gondok gedhe cukup jadi pelajaran buat aku.
“Ada bayaran nggak?”

Wah…kaya ditonjok godam waktu denger kata-kata itu keluar. Sebenernya aku udah nggak enak banget buat minta salah satu ato dua dari mereka buat ngisi acara pemutaran vcd tsunami malem itu. Pikirku, apa aku nggak garamin luka mereka? Tapi setelah denger jawaban yang kayak gitu…aku jadi sebel-sebel gimana…gitu (lha gimana sih?)

Tapi ada juga hal yang perlu aku kagumin dari mereka. Terutama semangat belajarnya. Waktu itu, ceritanya aku lagi latihan presentasi sampe sore. Lagi mendung gitu. Nggak taunya di luar lab ada 2 anak Aceh yang lagi nunggu Pak Kus, yang lagi sibuk ngurusin anak-anak. Mereka nunggu lumayan lama sampe akhirnya minta aku buat manggilin Pak Kus. Wah…udah nunggu lama gitu, mereka rela latihan komputer sore-sore. Selese jam berapa nanti yah? Padahal kan siangnya mereka baru aja PKL (prakteknya anak SMK). Ck…ck…perlu diacungin jempol deh. Coba bandingin ma aku, mending bolos kali..hehe…

Dan yang pasti nggak bisa dilepasin waktu ngomongin anak Aceh…pasti (kaya yang udah disebut sebelumnya), soal tsunami. Nggak semua dari anak-anak Aceh itu jadi korban tsunami. Tapi tetep aja, pasti ada trauma tersendiri dalam hati mereka. Apalagi buat yang jadi korban. Denger cerita mereka mungkin udah klasik. Tapi sisa-sisa luka mereka…apa kita masih bisa bilang kalo itu juga hal yang klasik?

Seingetku, awal adanya berita Tsunami tuh bener-bener duka buat seluruh bangsa Indonesia. Nggak sedikit orang yang nitikin air mata. Ada buaaaannyyak banget hikmah yang bisa dipetik dari sana. Salah satunya, klo ternyata sodara kita tuh bukan cumin orang-orang yang ada di sekitar kita aja. Mereka, biarpun jauh di ujung barat sana, juga saudara kita.

Dan ada yang sebenernya pengin aku bilang buat mereka. Bahwa dari sini kita udah mulai bikin jalinan persahabatan. Yang tentunya nggak bisa diukur dengan materi sejumlah “berapa” pun.
Buat kita yang dulunya nunjukin simpati yang gedhe banget, mereka masih butuh simpati dari kita. Di akhir tahun yang bakal ngingetin kita sama peristiwa tragis 26 Desember 2004, kita introspeksi lagi deh diri kita. Masih nggak sih kita punya toleransi yang sama kaya setahun yang lalu? Masih nggak sih kita nyelipin do’a-do’a buat mereka di sela do’a buat diri kita sendiri?

Dan yang musti kita ingat, kita nggak cukup cumin menyesali apa yang terjadi. Banyak hikmah di balik peristiwa itu. Semuanya bakal mendewasakan kita. Dan yang musti kita lakuin sekarang, hidup sebagai manusia baru yang siap buat bangun lagi dari kehancuran. Dengan semangat baru dan jiwa yang baru. Semoga kita bisa membangun Aceh kembali. Amin…

Jogjakarta, 5 Desember 2005

berbagi


Bahagianya bila dapat membagi bahagia
Ringannya bila berbagi derita
Indahnya bila berbagi cinta
Maka berbagilah

SEDETIK SETELAH 1000 TAHUNKU


Seribu tahun t’lah kulalui
Memikirkanmu
Merenungkan segalanya tentangmu
Membuang waktu yang diberikan untukku
Seribu tahun ini aku menyesali
Meronta-ronta untuk melepas diri
Terbebas dari belenggu yang membunuh hati
Maka,
Biarkanlah sedetik ini
Sebelum benang-benang menyesakkanku
Rongga-rongga kehidupanku terhimpit kaku
Biarkan kucoba meraih cinta-Mu
Jogjakarta

Rait, 5 Desember 2005

Sajak yang Ngingetin Aku Tentang Waktu


Mbak number one-ku pernah bilang, “Masa muda itu cuman sekali dan indah banget. Pake sebaik-baiknya, jangan sampe nyesel. Soalnya kamu nggak akan dapetin kesempatan buat jadi remaja dua kali.”


Sajak dari The 7 Habits of Highly Effective Teens:

Untuk mengetahui nilai satu tahun
Tanyakan seorang siswa yang gagal
Dalam ujian kenaikannya.

Untuk mengetahui nilai satu bulan
Tanyakan seorang ibu yang melahirkan
Bayi prematur.

Untuk mengetahui nilai satu minggu
Tanyakan seorang editor majalah mingguan.

Untuk mengetahui nilai satu hari
Tanyakan seorang buruh harian yang punya
Enam anak untuk diberi makan.

Untuk mengetahui nilai satu jam
Tanyakan seorang kekasih yang sedang menantikan
Waktu bertemu.

Untuk mengetahui nilai satu menit
Tanyakan seorang yang ketinggalan kereta.

Untuk mengetahui nilai satu detik
Tanyakan seorang yang selamat dari kecelakaan.

Untuk mengetahui nilai 1 milidetik
Tanyakan seorang yang memenangkan medali di Olimpiade.

INI DIA KENAPA WAKTU BEGITU BERARTI, DAN SAYANGNYA AKU MASIH SERING NYIA2IN.

Monday, December 12, 2005

senyum

SENYUM adalah bahasa dunia. Ia menunjukkan keceriaan. SENYUM adalah perhiasan batin yang dapat membantu mengindahkan perhiasan lahir yang tidak sempurna. Setiap kali berhubung dengan orang lain, sewajarnyalah kita SENYUM. SENYUM adalah jalan pintas bagi menyatakan anda menyukai seseorang. "SENYUM" yang kamu berikan apabila berhadapan dengan sahabatmu adalah satu sedekah. SENYUM adalah jambatan persahabatan. SENYUM adalah satu perlabuhan yang pastinya tidak akan merugikan. Di Moscow, Rusia, ada sekolah yang mengajar untuk SENYUM. SENYUM harus ada ketululusan. SENYUM yang dibuat-buat pasti tidak akan menyenangkan, sama saja dengan kening yang berkerut. Adalah diperakui, setiap kali terSENYUM kita hanya menggerakkan 15 otot manakala ketika marah kita akan mengedutkan 63 otot di bahagian muka. Perbuatan mengerutkan dahi saja memerlukan gerak kerja 40 otot. Bayangkanlah !!! "SENYUM" juga adalah malaikat rahmat yang turun ke dunia. Kebanyakkan SENYUM adalah jangkitan. Apabila kita SENYUM orang akan SENYUM balik kepada kita. Orang akan merasa dihargai bila kita SENYUM padanya, sekligus ia akan memberi tanggapan yang baik kepada diri kita. Lantas ... . kenapa kita tidak muliakan ? Muliakan dengan diri kita. SENYUMlah kepada orang yang tidak anda kenali hari ini. Insya-Allah dia akan membalas SENYUMan anda itu. Alangkah mudahnya membina rangkaian persahabatan... ... .. Willian Shakespere mengatakan : "Apa yang anda kehendaki akan lebih cepat diperolehi dengan SENYUM daripada memotong dengan pedang" Semasa bekerja, semasa belajar, SENYUMlah. Ia akan menumbuhkan rasa keriangan dan kegembiraan. Bila berhadapan dengan keadaan sukar SENYUMlah. Bukankah ketawa yang sopan itu sehat. Pujangga menyebut : "SENYUMan itu kelopak. Tertawa itu bunga yang sempurna kembangnya

my best friend

anita itu temen terbaikku. aku pernah marahan sama dia selama sebulan cuman gara-gara salah paham. sedih n nyesel banget rasanya. untungnya aku mau minta maaf sama dia. yah...walaupun gak bisa kaya dulu lagi tapi aku seneng baikan lagi ma dia. aku g tau kenapa aku bisa deket n temenan ma dia. padahal...dulunya aku sebel sama dia. gak tau kenapa akhirnya bisa jadi close friend. awalnya dia itu nggak cewek banget. hhehe..tapi lama2 dia berubah. ya...mungkin persahabatan kami bikin timbal balik. aku jadi rada tomboy eh dia malah jadi girly. hehe... dulu, kemana-mana aku ma nita tuh always 2gether. gak kepisah. mo ke kantin, ke kamar mandi (nganterin maksudnya), bahkan praktikum sll satu klompok. aku pernah ngilangin bros yang dia kasih. aku nyesel bgt. kita nyari bros itu, balik ke skul (padahal udah 1/2 jalan ke rumah)/ uh..nyesel bgt soalnya brosnya g ketemu. padahal itu hadiah buat ultah aku. aku tahu cerita cinta dia dan dia tahu ttg aku. aku pernah ngeliat dia nangis buat co-nya. dia itu setia bgt. walaupun awalnya aku sempet ngerasa dia bego bgt sih. abis aku baru pertama ngeliat ce nangis gara2 co sih. tapi...akhirnya aku salut juga. sekarang aku gak tll deket sama dia. tapi aku masih sayang dia as my best friend kok. semoga Allah mengekalkan persahabatan kami. amin...

thankful Allah

aku pernah ngerasa narsis. tapi aku juga pernah ngerasa rendah diri banget. sesukaku lah.
tapi sekarang aku ngerasa...hidup setiap manusia itu istimewa.
aku pernah ingin...buat gak hidup lagi. tapi sekarang aku ingin hidup lebih lama lagi. soalnya aku baru ngerasa klo hidupku lebih indah daripada orang lain. cerita hidupku lebih indah dari cerpen atau novel manapun.
aku punya keluarga dan temen yang lebih hebat dari siapapun.
aku ingin mensyukuri semuanya. Terimakasih Allah.

Saturday, November 12, 2005

indahnya cinta

dunia itu indah saat kita bisa mencintai dan dicintai. tapi, kadang saat kita bisa mencintai, belum tentu dicintai dan sebaliknya. tapi ingatlah bahwa benih yang ditebarkan berhasil semi. cinta yang disemai akan dipanen jua.

Friday, August 26, 2005

ALERGI

Nggak suka! Sayur berwarna orange itu nggak pernah aku suka. Dari kecil aku emang nggak pernah mau memakannya. Kalau hari itu masak sop, jangan harap deh bakalan kusentuh. Dulu, aku emang nggak suka banyak jenis makanan. Dari berbagai jenis bahan sop, satu yang aku suka cuman....kuahnya. Ya, aku rela biar cuman makan nasi + lauk yang cuman ditambah kuah daripada harus makan kubis, apalagi daun bawang ma seledri, bikin kepala pusing kalau dimakan. Tak ketinggalan sayuran berwarna orange itu. walaupun dibentuk bunga, polos atau apapun juga, tetap saja makanan itu......nggak menarik.
Sayuran yang satu ini emang banyak mengandung vitamin A. Bentuknya panjang dan meruncing di bagian bawah. Biasanya dia dipakai buat campuran sop, risoles, pastel, bakwan atau berbagai makanan lainnya. Dia juga biasa dipakai sebagai pemanis sajian. Nggak jarang juga dia dibuat jus. Tapi walau apapun cara masaknya, aku tetap nggak suka.
Aku paling suka bantuin orang dapur mengupas bawang dan mengiris-iris sayur, termasuk sayuran itu. Aku suka mengirisnya seperti kipas, kemudian kupotong panjang-panjang untuk campuran bakwan. Aku juga suka mengirisnya bulat dengan cuilan kecil di bagian pinggir-pinggirnya. Cuman itu yang aku suka. Selain itu, tidak!!
“Ih, kok doyan banget seh makan wortel, kaya kelinci aja.” kataku pada Mbak Mega.
“Makan wortel tuh sehat tau, biar nggak sakit mata.” katanya waktu itu.
“Ih apa enaknya? Dimasak aja nggak enak gitu, apalagi dimakan mentah. Heks!” kataku yang mulai nggak sopan pada kakak pertamaku.
Aku mulai membayangkan rasanya di rongga-rongga kerongkongan....anyir. Seketika itu pula perutku terasa mulas.
Beberapa tahun setelahnya, saat aku mulai duduk di bangku kelas 6 di tingkat sekolah dasar, sekolahku mengadakan acara masak-memasak sebagai bahan ujian PKK kami. Tema masakannya adalah Nasi menggono. Ya, begitulah guruku menyebutnya. Jujur saja aku sendiri baru saja mendengar nama itu. Kata guruku, nasi menggono adalah sejenis nasi tumpeng dengan lauk ingkung ayam dan berbagai kelengkapan di sekelilingnya. Penjelasan lebih lanjut tentang bahan dan cara memasak telah dipaparkan di depan kelas dan kelompokpun telah dibagi.
Hari itu kami mulai bekerja. Hiruk pikuk dan celoteh anak-anak mulai menggema memenuhi area parkir yang telah disulap menjadi layaknya sebuah dapur umum. Bahan-bahan yang telah diceritakan oleh Bu Sisca adalah telur, bawang merah, cabe merah besar, kacang panjang, kecambah, mentimun, tomat dan tak ketinggalan seledri serta wortel. Aku mulai membayangkan berbagai bahan makanan yang serba tidak enak. Toh begitu, aku kan hanya memasak saja. Walaupun para guru juga tidak melarang kami untuk menyerbu makanan seusai penilaian dilakukan.
Mmm apa yang harus kami kerjakan, aku belum begitu mengerti. Walaupun seharian aku telah diprivate oleh ibuku tetap saja aku tidak tahu bagaimana cara memasaknya. Untung saja ada teman-teman lain yang tahu dan segera beraksi. Aku sendiri hanya kebagian......seperti biasa mengiris-iris sayuran.
Setelah berjam-jam kami bekerja, akhirnya jadi jga nasi enggono ala anak-anak kelas 6. nasi yang ditaruh di atas piring itu dibawa ke dalam kelas beserta segala kelengkapannya, seperti lilin, bunga, tisu, air minum dan sebagainya.
Karena lama bersibuk ria dengan masakan kami, perutku mulai terasa lain (tentu saja aku nggak full cuman mengiris-iris sayur saja). Ususku terasa seperti dipetik-petik hingga menimbulkan bunyi tang-ting alias krucak krucuk tanda lapar. Aku bergegas membeli buah-buahan di dekat gerbang sekolah bersama teman-temanku.
Oh iya aku sudah berubah loh, dulu aku merasa kalau melon itu nggak enak. Berkat teman-teman yang sering mengajakku membeli buah-buahan, aku jadi suka melon. Dan waktu itupun aku juga membeli elon. Kubawa melon itu ke tempat parkir dan kumakan sambil duduk di atas pembatas parkiran setinggi pusar. Tiba-tiba Tyo datang dengan membawa wortel yang telah bersih terkupas di tangannya. Dia berjalan ke arah kami dan melompat duduk di atas meja, tepat di depan kami. Lalu.................
“KRIUKK!!!”
Suara giginya yang bertabrakan dengan wortel terdengar seperti dalam iklan apel merah yang pernah kulihat di televisi. Seketika itu juga perutku terasa mulas dan melonku pun terasa tidak enak lagi.
“Tyo kaya orang kurang pangan deh.” kataku tanpa basa-basi. Tyo yang tidak mengerti maksud perkataanku hanya mengernyitkan dahinya sambil celingukan.
“Apa? Kurang pangan? Siapa? Maksudnya?” tanyanya kemudian.
“Ya kamu, siapa lagi? Aku kan dah bilang ‘Tyo’. Tyo kurang pangan, masak wortel mentah gitu dimakan.” Protesku sambil berharap dia akan menghentikan kegiatannya memakan wortel di depanku.
“Wah…pinter-pinter tapi bodo juga yah. Zat-zat yang diperlukan tubuh itu justru terdapat dalam makanan, buah dan sayuran yang masih mentah.” katanya sambil menunjukkan gaya Pak Rony saat menjelaskan bab Makanan Bergizi dalam pelajaran IPA.
“Iya seh, tapi itu lebih tepat kalo lo terapin di buah aja, bukan sayur kaya wortel itu.” kataku makin memprotes.
“Ye….serah gue dong. Wortel tuch lebih enak sdaripada melon tau gak? Melon tuch neg banget.” katanya sambil melihat melon di tanganku yang sedari tadi aku pegang saja. Aku tidak lagi memakannya karena perutku sudah mulas.
“Wortel tuch yang anyir.” kataku sambil berjalan meninggalkan Tyo yang terus mengoceh mencela melonku.

***

kakakku yang kedua baru saja pulang dari Bandung setelah bekerja di sana selama 2 tahun. Dia kaget saat melihatku yang kini telah memakai kacamata. Dengan seragam putih biru dan jilbab serta tasku dia semakin merasa menang mengataiku ‘Bu Guru’.
Sebagai kakak yang cukup dekat denganku, Mbak Dyah sudah hafal dengan makanan yang kusukai dan tidak kusukai. Dia tahu sekali cara membangunkanku saat bulan Ramadhan. Kalau aku susah dibangunkan, Mbak Dyah atau siapapun cukup mendekatkan sepiring nasi dengan lauk kering twempe ke hidungku. Tak berapa lama aku pasti membuka mata tanpa harus menggoyang-goyangkan tubuhku atau bahkan menyiramku dengan air. Tak ketinggalan pula kehafalannya pada ketidaksukaanku terhadap wortel. Tapi kakakku ini cukup pintar mengambil hati adiknya. Dia cukup tahu bahwa aku akan mau melakukan sesuatu yang dia minta bila dia juga melakukannya. Pun dalam hal makan wortel.
Hari itu kulihat dia sibuk mempersiapkan blender.
“Wah….Minggu pagi gini emang asek bikin jus. Perlu es batu gak?” tanyaku mencoba merayunya agar mendapat bagian.
“Nggak usah. Aku mau bikinin ini buat adek manisku. Tapi, aku juga minta.” katanya mulai melancarkan aksinya. Kupegang kening kakakku, normal!!
“Nggak lagi sakit kan? Tumben baik banget, emang jus apa seh?” tanyaku tak sabar.
“WORTEL!!” katanya singkat.
TOENGNGNG!!!
Aku langsung gedhek-gedhek.
“Dikit aja kok. Segelas berdua aja.” katanya mencoba membujuk. Aku kembali hanya menggeleng-gelengkan kepalaku.
“Ya udah deh, setengah gelas berdua.” katanya memulai tawar menawar.
“Tapi…….. kalo aku nggak doyan gak boleh dipaksa yah.” kataku memelas.
Akhirnya kamipun membuat ‘setengah gelas berdua’ jus dengan bahan utama musuhku, sayur berwarna orange.
Tak berapa lama jus ala Mbak Dyah dan aku telah tersaji di meja. Mbak Dyah menyuruhku meminumnya. Aku menggeleng dan berbalik menyuruhnya memulai. Mbah Dyah memulai atraksinya dengan meminum setengah dari setengah gelas alias seperempat gelas jus wortel itu dan menyerahkan seperempatnya padaku. Kudekatkan gelas ke mulutku, terciumlah bau anyir sang wortel. Perutku kembali terasa mulas. Dalam dua tegukan saja kepalaku terasa pusing bukan main. Keringat dingin mengucur di tubuhku. Seharian aku hanya mampu berbaring di kamar dengan terus memegangi kepalaku.
Ketika paginya aku kembali sehat, ayah, ibu, Mbak Mega dan Mbak Dyah hanya tertawa melihatku.

***

Suatu hari, dalam sebuah worksho yang diikuti oleh anak-anak berseragam putih abu-abu sepertiku, kudengar seorang penulis merumuskan tentang AMBAK, Apa Manfaatnya BagiKu? Aku mencoba merenungkan kembali di rumah. Kutuliskan besar-besar manfaat apa yang dapat kuambil dari sekedar makan wortel dalam secarik kertas. Kubaca lagi dan kutempelkan di dinding biru kamarku. Lama-lama akupun tergerak untuk mencoba sekejap saja melupakan pengalaman pahitku bersama jus wortel. Kalau aku makan wortel, kata orang bisa mencegah dan mempertahankan minusku agar tak bertambah. Yang pasti, dengan makan wortel aku akan mendapat asupan gizi. Lalu….yang paling membuatku bersemangat, aku bakalan punya prestasi. Seperti kata guruku di SMK, bahwa sebuah prestasi tidak harus diraih dari ranking di kelas atau berbagai tropi yang kuterima. Ya, bisa memakan dan menyukai wortel yang selama ini kubenci adalah sebuah prestasi. Prestasi yang perlu kuacungi jempol, telunjuk, jari tengah, jeri manis dan kelingking. Sebuah prestasi yang ‘BESAR’.
Sayang, untuk mencapai prestasi itu bukanlah hal yang mudah. Setiap kali aku mencoba memakan wortel mentah, satu gigitan kecil saja terasa tidak enak di perutku. Ketika kupaksakan untuk makin banyak menggigitnya, wortel itu terasa tersekat di kerongkonganku, siap meluncur kembali seperti rudal.
Kucoba beberapa saran teman. Ada yang mengusulkan untuk dibuat jus. Jelas kutolak!!! Aku tidak menginginkan kejadian ketika SMP terulang kembali. Ada juga yang mengusulkan agar aku memakan mentah. Aku sudah melakukannya dan gagal. Lalu ada yang mengusulkan agar aku membuat ‘jus manual’ saja. Aku agak heran mendengar istilah itu. Ternyata jus manual adalah sebutan yang temanku berikan untuk wortel yang diparut dan diperas. Tepatnya, sari wortel. Katanya itu lebih alami dan rasanya berbeda dengan jus blender-an. Kucoba membuatnya dengan menambahkan gula dan kuaduk-aduk. Kucoba meminumnya sedikit, tapi rasanya tetap sama. Efek pusingnya masih saja terasa di kepalaku. Untung saja aku tidak menenggaknya hingga habis. kalau tidak, bisa-bisa aku harus dilarikan ke dokter atau rumah sakit terdekat karena disangka alergi wortel.
Suatu hari Mbak Mega datang ke rumah bersama Sofyan, anak pertamanya. Anak berumur 2,5 tahun itu adalah buah pwerkawinannya dengan Mas Anton. Karena kangen dengan masakan Mbak Mega, hari itu kami memberlakukan ‘wajib masak’ bagi Mbak Mwega. Karena putranya yang terus mengganggu dan tidak mau diajak bermain, alhasil masakan Mbak Megapun lodrok alias terlalu matang. Hilang sudah keinginan seisi rumah untuk menikmati sup ala Mbak Mega. Yang ada malah mega mendung dari wajah-wajah cemberut ayah, ibu dan Mbak Dyah.
Aku yang baru saja pulang dari sekolah setelah mengikuti ekstrakurikuler bola voli langsung menyambar tudung makan setelah menyandarkan tasku di kursi ruang makan. Saat kulihat wortel dalam sup ayam, seleraku mulai berkerut-kerut seiring kerutan usus di dalam perutku. Seketika itu pula aku teringat akan ‘prestasi’. Aku mencoba mengencangkan kembali seleraku dan melahap wortel yang ada. Aku sudah siap nyengir-nyengir merasakan anyirnya si wortel. Tapi……..kok……..nggak ada rasanya? Akhirnya sejak hari itu aku sadar bahwa kuncinya ada pada…..terlalu matang. Dan sejak itu pula, setiap makanan yang mengandunng wortel harus dimasak secara ‘terlalu matang’. Sedikit demi sedikit kucoba memakan wortel dengan kematangan normal. Ternyata….layaknya suatu keterampilan yang makin diasah makin terampil, makin banyak aku makan wortel, makin nggak kerasa anyirnya. Kucoba memakan risoles, pastel, …..lama-lama kucoba pula memakan wortel mentah. Akhirnya aku lancar-lancar saja memakan wortel dan rasa mulas di perutku hilang saat berhadapan dengannya, termasuk dalam bentuk jus blender ataupun manual. Semua kulahap. Prestasi itu akhirnya dapat kucapai juga.

***

“Bu, beliin daun bawang sama seledri, yah.” teriakku saat melihat ibu akan pergi ke pasar.
“Buat apa? Bukannya kamu nggak doyan?” sahut ibu kemudian.
“Aku kan mau belajar makan, Bu.” kataku teriring sebuah senyum kecil dari bibir ibu.


Yogyakarta, 6 Maret 2005
hand_shaoran

HARIKU MATI

Kembali pada bulan

Lima jalan telah tertapaki

Sepi tak terdengar tak terasa

Tak satu lambaian tangan

Tak satu kecupan

Tak satu kata lagi keluar


Jikalau aku takkan menyesal

Kan ramai riuh rendah

Kan penuh lambai kecupan kata


Sayang kini telah hilang

Hariku sepi tak berkesan

Dingin, mati


Yogyakarta, 22 Mei 2005

SAJAK YANG TERCECER

Sepenggal sajak manis

Tertuang dalam gelas merah hati

Tercecer tiada arti


Seteguk sesat yang mengepul

Tiada terasa

Terlalu pahit lidah

Hingga tak lagi mengecap rasa


Sejak kapan sampai kapan

Sajak yang tercecer

Masih mampu terkumpulkan

Hingga sesat hilang

Dalam bingar


Yogyakarta, 22 Mei 2005

SAJAK-SAJAK UNTUK AYAHKU

Salam untuk ayahku

Aku di sini menuntut ilmu

Tak mau lagi kulihat wajahmu

Memelas karena ulahku


Satu harap untuk ayah

Kulihat senyum dan tawa lepasmu

Saat kau melihatku

Di atas mimbar kehormatanku


Ingin kutunjukkan pada ayah

Diriku kini tak sama

Namun hati terus berkata

Kuingin tetap bermanja

Dalam peluk kasih sayang

Dari engkau yang kusebut ayah


Yogyakarta, 22 Mei 2005

tak kenal maka tak sayang

TAK KENAL MAKA TAK SAYANG
“Vi, sholat yuk!” kata Nisa kepada Vivi sepulang sekolah.

“Ntar ah! Di rumah aja.” Jawab Vivi.

“Kalo sampe rumah dah Ashar gimana?” Tanya Nisa.

“Dijamak aja.”

Lain hari Nisa mengajak Tita, “Ta, Sholat dulu yuk!” jawab Tita.

“Gue tunggu aja deh! Lo kayak gak tau gue aja. Panas dong, kalo kebakar gimana? hehe…..” canda Tita.


Dua kisah di atas cuman sekelumit kisah yang bisa kita jadikan contoh buat menilik gaya remaja saat ini (ups….yang gak termasuk jangan marah yah). Kalo kita mo nyari contoh-contoh yang lain tentu kita bisa dapet seabrek cerita lain pula. Melalui dua cerita di atas saya pengin menunjukkan salah satu fenomena yang sedang terjadi di masyarakat, bahwa sebagian remaja muslim belum kenal sama Alloh. Hal itu bisa kita lihat dari kecilnya minat mereka buat belajar agama Islam, apalagi mengamalkan ajaran agamanya. Salah satu buktinya mereka tidak lagi menganggap sholat sebagai suatu hal yang penting, bahkan sering menganggap hal-hal yang berbau agama sebagai suatu topik yang menarik buat dijadikan suatu lawakan.

Wah kalo gitu banyak yang protes dong! Ah gak juga, saya kan udah ngasih statement kalo hal itu cuman terjadi pada sebagian remaja aja. Masalah besar atau kecilnya bagian itu bisa kita lihat sendiri di lingkungan masing-masing.


☺☺☺


Tanpa kita sadari sebagian dari kita emang belum sepenuhnya kenal sama Alloh. Ibarat seorang penulis, kita udah baca bukunya, udah tahu namanya tapi kita gak tau orangnya dan sifat-sifat penulis itu sendiri.

Ngomong-ngomong soal penulis, sebenarnya penulis bukanlah sebuah perumpamaan yang tepat untuk menggambarkan keasingan kita sama Alloh. Orang yang nggak kenal sama Alloh boro-boro mo baca kitab-Nya, dengerin orang baca aja udah sewot sendiri. Beda dengan penulis, mungkin kita justru tahu tentang keberadaan penulis tersebut setelah baca bukunya. Namun, paling tidak penulis udah mampu sedikit menggambarkan apa yang ingin saya sampaikan kepada para pembaca bahwa kita sudah sering mendengan nama Alloh, namun belum sempurna mengenalnya.

Kenapa saya tega memvonis sebagian remaja seperti itu? Mungkin karena saya sendiri juga baru sadar bahwa selama ini sayapun kurang mengenal Alloh. Karenanya saya pengin ngajak temen-temen buat bersama-sama kenalan sama Alloh, Dzat yang menciptakan kita.

Sebagian remaja nganggep kalo mereka masih ‘kinyis-kinyis’ alias masih muda banget. Mereka sering salah mengartikan kalimat ‘Masa remaja adalah masa yang paling menyenangkan. So, jangan disia-siakan’. Kita nggak bisa memungkiri kebenaran statement di atas. Namun kita juga nggak bisa asal menafsirkan kalimat tersebut, apalagi menelan mentah-mentah. Kata ‘menyenangkan’ sering banget diidentikkan sama ketawa-tawa, hura-hura, foya-foya dan hal-hal lain tanpa memperhatikan kondisi sekitar, baik hokum, budaya maupun ajaran agama. Masa remaja tuch masa paling enak buat kebut-kebutan. Nggak peduli jalanan rame, nggak peduli ama kecelakaan, toch gue masih muda, mati gue masih lama. Kalo ketilang, ah gampang! Tinggal minta duit ma ortu, kelar!! Masa remaja juga paling asyik buat pacaran. Jomblo? Nggak ah! Pamali! Gimana kata temen-temen? Dikira gue gak laku dong! (emang jualan). Kalo pacaran gue kan bisa punya temen jalan, sharing, de el el.

Nah ini nih! Keliatan kan kalo kita belum sepenuhnya kenal ma Alloh? Kalo kita berpikiran gue masih muda, mati gue masih lama, kenapa juga temen-temen kita yang tabrakan bisa mati juga? Kenapa juga temen-temen yang masih muda gak bisa selamat dari bencana? Kenapa juga bayi yang lebih muda dari kita pun bisa ikut jadi korban? Cukup jadi bukti kalo Alloh nggak milih-milih umur kalo ngasih Azab kan?

Trus, kalo kita berpikiran kalo dengan pacaran kita bisa punya temen jalan n’ sharing, masa iya sich? Coba deh kenalan ma Alloh. Lo bakal tau kalo Alloh tuch deket banget ma kita. Dimanapun kita berada Alloh selalu menemani kita n’ siap jadi hero buat kita. Buat sharing? Wah Alloh itu paling asyik buat sharing. Tau sendiri kalo Alloh itu Maha Segala-galanya kan? Alloh itu Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Bijaksana, de el el. So, kalo kita sharing ma Alloh, Alloh udah tau banget apa yang jadi masalah kita n’ tau apa yang harus dilakuin buat kita. Kaya katanya M. Iwan Januar dalam karyanya, “Surga Juga Buat Remaja, Lho!!”, kita bisa curhat kepada Alloh kapan saja. So, nggak perlu calling, “Say, dateng dong, gue mo sharing nich!” N’ yang paling penting sharing ma Alloh bakal dapet solusi yang paling tepat banget deh!

Kalo pacaran identik sama ‘cinta itu buta’, sharing ma Alloh bakal bikin lo gak buta lagi, but lebih terbuka n’ lebih peka. Trus, banyak diantara temen-temen kita yang buta itu bener-bener rela dibutakan oleh cinta (cinta or nafsu yach?). Mereka gak peduli pacar mereka alim ato brandal, mo pacarnya minum-minuman keras kek, suka ngrokok kek, bolos nek eh kek, yang penting I love him/her. Waduh berarti pacar bisa jerumusin kita dong. Bandingin deh sama Alloh. Alloh Maha Pemberi Petunjuk!! So, aman-aman aja, cepetan deh sharing ma Alloh!


☺☺☺


Kamu mungkin sering beranggapan kalo orang-orang yang memegang teguh agamanya itu orang-orang yang kuno, ketinggalan jaman, gak cool de el el. Mmmm coba pikir deh, jangan-jangan kamu sendiri yang ketinggalan jaman. Ibarat kita hidup sebagai petani di jaman Majapahit, raja ngasih pengumuman bakal ada sayembara buat jadi orang kepercayaannya n’ dapet kedudukan yang tinggi. Semua orang pengin ikut sayembara itu tapi kamu gak ikut gara-gara kamu gak tau (kecian banget nich anak). Ato kamu tau ato males buat ikut. Akhirnya ya cuman jadi petani mulu.

Maksudnya apa sich, kok sampe Majapahit segala. Maksudnya, dalam kehidupan nyata sekarang ini ada sebuah sayembara untuk bisa dapetin kedudukan yang mulia di sisi Alloh Swt. Tapi kamu kehilangan kesempatan itu karena kamu gak pernah tau, gak pernah baca pengumuman di Al-Qur’an n’ gak pernah tertarik ama sayembara itu b’cause kamu lebih tertarik sama dunia glamour yang gak bakal kebawa ampe’ mati. Ketinggalan jaman gak sech? Di saat orang-orang lagi sibuk buat nyiapin masa depan abadinya, lo masih berkutat ama hal-hal semu duniawi. Kaya anak kucing yang dikasih mainan benang. Saking senengnya, cuman mainan benang terus (wah lucu nich anak kucing).


☺☺☺


Masih inget sama Inul? Wah siapa sich yang bakal lupa? Ahli ngebor yang hebat itu kan dah terkenal banget (kerja di pertambangan mana sich?) Kalo abad 20 kemaren dibilang jaman edan, enaknya abad ini disebut abad apa yach? Edan super ato edan 76 kali yah (wah kok jadi ngomongin rokok segala sich)

Fenomena yang kita liat sekarang bahwa yang namanya cewek, perempuan, wanita ato apalah istilah lainnya udah gak malu lagi buat ngelakuin hal-hal yang bertentangan ma budaya n’ agama. Boro-boro malu, bangga dong! Dengan bangganya mereka bergaya sedemikian rupa saat para cowok, laki-laki, pria ato istilah lainnya mlongo ato mlotot ngeliat tingkah mereka. Dengan lantangnya mereka nyebut-nyebut nama Alloh saat orang-orang memprotes tindakan mereka.

Kalo ditanya salah cewek ato cowok, mending ngeles n’ bilang salah keadaan aja deh. Kenapa cowok suka banget kalo ngeliat yang begituan (cewek kan pengin disenengin ma cowok). N’ kenapa cewek suka bergaya begituan (cowok kan suka ngeliat cewek). Wah jadi……….. ada siklusnya toch?!

Ngomong-ngomong daripada dapet protes dari kaum Hawa, perlu dicontohin dari kaum Adam juga kali yah. Ternyata yang bangga ma ngebornya Inul tuch gak cuman insane dangdut ma cewek-cewek doang. Cowok-cowok juga gak cuman pengin liat. Mereka bilang, “Gue juga bisa” n’ dengan pedenya ngebor dengan gaya cewek. Jaman sekarang di banyak acara televisi kita bisa liat cowok-cowok cantik. Seakan bumbu humor sinetron tuch cuman dari cowok-cowok bencis (buncis kali yah). Impas!! Kalo wanita nuntut kesamaan sama pria, dalam hal ini pria-wanita sama aja.

Sebenarnya apa seh yang dicari dari gaya seperti itu? Populeritas mungkin yang sering disebut-sebut. Remaja cewek yang bergaya ala Britney n’ Avril, pake baju obralan kurang bahan, or ala sapi “metal” dengan alasan pengin populer. Remaja cewek ato cowok pengin dikenal ma cewek ato cowok lain sampe-sampe gak sadar kalo mereka malah keliatan lucu dengan gaya mereka itu. Cocok sama lagu “Tumini”. Aduh buat apa seh populer segala? Kalo Avril dah nggak nge-boaming juga lo harus ganti gaya, gak punya pendirian. Katanya lo punya prinsip “Be yourself”. Kok niru-niru gitu, gak cool.

Oh ya, banyak dari kita yang suka ngelawan ortu ma guru biar keliatan gentle yah? Wah kata M. Iwan Januar, berbuat gak sopan itu berarti kamu gak cool. Lo gak gentle, gak dewasa (wah kok jadi marah-marah ndiri seh).

Balik ke kenal ato gak-nya kita ma Alloh, gaya pengejaran populeritas macam begono, nunjukkin kalo kita belum kenal ma Alloh. Gimana nggak? Emang kita nggak tau apa kalo yang nyiptain Britney, Avril, Greenday, Simpleplan or ruwetplan itu juga Alloh. Kenapa kita malah kagum ma mereka? Kenapa kita nggak kagum ma Alloh yang menciptakan mereka? Lagian mereka tuch cuman bisa kasih dosa ma kita. Gimana nggak? Demi Britney n’ populeritas kita rela pake baju minim kain or seksi. Demi Avril kita rela pake kutek item yang ngalangin air wudhu. Wah pahlawan kejahatan tuch mereka. Coba kalo kita kenal ma Alloh. Alloh udah kasih pahlawan kebaikan buat kita yang jadi idola seluruh dunia, nomor satu di Guiness Book of Record, yang lebih hebat dari pahlawan manapun, yang gak cuman jadi Indonesian Idol, American Idol, or American Idiot tapi udah jadi World Idol. Siapa lagi kalo bukan Nabi Muhammad Saw.

Nah udah seabrek-abrek gambaran gitu tentu kamu-kamu udah tau dong, kita dah kenal ma Alloh ato belom. Kalo udah, jangan cuman kenal dong, jadian ma Alloh biar jadi kekasih Alloh!

Kalo belom, sama-sama aja kenalan. Caranya:

a. Banyak sharing ma Alloh. Balikin semua masalah ma Alloh n’ jadikan Alloh satu-satunya tumpuan bergantung.

b. Banyak berdo’a n’ meminta karena cuman Alloh tempat meminta.

“Mohonlah karunia Alloh karena Alloh sangat senang sekali dimintai. Seutama-utama ibadah itu adalah menanti kelapangan” (H.R. Tirmidzi)

“Mohonlah kelapangan kepada Alloh, janganlah segan berdo’a sebab tidak seorangpun yang binasa karena do’a”

c. Banyak baca Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah firman Alloh. So, banyak baca Al-Qur’an artinya banyak tau tentang Alloh.

d. Cinta lingkungan n’ sesama karena banyak ilmu Alloh terdapat dalam makhluknya, termasuk diri kamu sendiri. Siapa tau kamu bisa kenal Alloh lewat diri kamu, temen ato lingkungan sekitar kamu.

e. Banggalah atas dirimu, but jangan takabur. Bersyukurlah Alloh telah menciptakan kamu as yourself seperti nabi Muhammad Saw yang selalu berdo’a:

“Ya Alloh, Engkau telah memperindah ciptaan dari diriku, maka perindahlah akhlakku.”

f. Carilah sahabat sebanyak-banyaknya. Cintai mereka karena Alloh, dan benci mereka karena Alloh. Ali bin Abi Tholib r.a. berkata:

“Sahabat adalah orang yang membuat kita menjadi benar, bukan orang yang selalu membenarkan kita.”


Sebenarnya masih banyak lagi cara-cara kita untuk bisa lebih mengenal Alloh dan kita harus mulai untuk mengenal Alloh sejak saat ini. Jadikanlah setiap cobaan dan ujian yang Alloh berikan sebagai ‘bengkel hati’ dan tanda kasih serta perhatian Alloh kepada kita. Karena orang yang mengaku beriman selalu diuji oleh Alloh. Carilah cinta Allah. “Be sure Alloh always answer the pray of the people who search His love”.


Sumber:


1. Surga Juga Buat Remaja, Lho!

2. Annida

3. Putri

4. Hidayah

tertunda

"TERTUNDA"
Keintiman yang tak lagi dapat

Merasuki jiwaku

Dalam suatu kesunyian malam

Tak lagi dapat kurasakan cinta


Sepi….sebuah keinginan

Di atas ketakutan

Kegalauan di antara hitam dan putih

Membakar sebuah nyala api


Bagaikan air yang tersiram di atas kobar

Berasap kepulan hitam


Bersama sang hitam putih tertinggal

Setetes air mata dari lubuk hati

Mengalir sungai mata air kasih


Saat mata terpejam

Tertunduk lemas kaku

Tak mampu lagi bercumbu

Dengan wajah tangan

lapang terpijak


Yogyakarta, 2 Maret 2005
hand_shaoran

ide-ide yang tercecer

Ide-ide yang Tercecer
By: Handy


Ide itu ada di setiap langkah. Itulah judul artikel yang kubaca dalam sebuah majalah remaja. Artikel tersebut ditulis oleh seorang cerpenis muda bernama M. Fikri Azis. Dalam tulisannya tersebut, ia sempat berkata bahwa ‘untuk sehari saja telah tercecer puluhan (ide) yang dapat dituangkan ke dalam sebuah cerpen.

Setuju dengan tanda seru (!). Itulah tanggapanku setelah membacanya. Dari pagi, siang, sore, malam hingga pagi kembali tiba. Tentu banyak sekali yang telah kita lihat, dengar dan rasakan. Banyak pula hal-hal yang kita lakukan, serta kata-kata yang kita ucapkan yang mampu dikelola menjadi sebuah ide cerita pendek. Bahkan yang panjang sekalipun.

Setuju pula bila dikatakan bawa ide-ide itu tercecer, di rumah, di jalan, di sekolah, tempat kita bekerja, di tempat kongkow, di masjid, di kamar…everywhere katanya. Sayangnya, kadang atau bahkan sering sekali kita melewatkan ide-ide tersebut begitu saja.
Sejak membaca artikel tersebut, aku rajin mengamati dan men-scan segala hal yang kulihat, mencoba merekam suara-suara unik, mengumpulkan ide-ide yang tercecer tersebut. Saat ini misalnya, aku sedang disibukkan dengan kegiatan Praktek Industri di sebuah perguruan tinggi Islam di Yogyakarta, tempat tinggalku. Ternyata banyak sekali ide. Pada pagi hari misalnya, banyak sekali ide yang bermunculan. Tentang kebiasaan bangun terlambat misalnya. Atau kebiasaan mandi yang lama sekali. Keributan saat antre kamar mandi, makan pagi yang menjadi ajang berkumpul keluarga…

Masih di pagi hari. Sejak melaksanakan Praktek Industri, salah satu kebutuhan sekunder yang kini mau tak mau menjadi kebutuhan pokok bagiku adalah angkutan. Bus. Perjalanan menuju tempat menunggu bus bisa menjadi sebuah ide yang menarik. Sambil menunggu bus tiba, kegiatan polisi membantu anak-anak sekolah atau orang tua yang hendak menyeberang jalan dapat pula menjadi ide. Kebut-kebutan bus kota yang memaksa penumpang untuk ketakutan, namun bagi orang yang sudah terbiasa…hal itu bukan lagi sesuatu yang spesial. Muka penumpang yang biasa saja dalam keadaan yang cukup menegangkan tentu saja dapat dikembangkan menjadi cerita yang menarik di tangan-tangan para penulis. Itu pula yang menjadi harapanku. Mampu mengembangkan semua hal menjadi cerita yang menarik.

Jika di pagi hari saja begitu banyak ide yang muncul, belum lagi ditambah kejadian di siang hari, sore hingga malam hari. Ya,… ide memang tercecer di mana-mana. Dalam setiap langkah dan gerak-gerik kita, dan orang-orang di sekitar kita. Dan hanya di tangan orang-orang yang kreatif dan inovatif-lah ide itu dapat berkembang…

sumber: Annida