Thursday, December 29, 2005

PERSAHABATAN YANG TAK KENAL PADAM(created by: Soesilo)


Seseorang tiada yang tak bertemanSeseorang tidak ada yang sendiriPasti walau hanya satu atau duaDia memiliki seseorang yang disebut: sahabat

Sahabat
Satu kata yang menggambarkan hubungan pertemananPertemanan yang lebih dari hanya sekedar 'teman'Pertemanan yang demikian erat dan akrabPertemanan yang telah dilandasi kesalingfahamanKesalingmengertian antara berbagai pihak yang bertemanPertemanan yang sangat penting, berpengaruh dan berefekBahkan berpengaruh dalam pembentukan perilaku, akhlak dan karakterJuga berpengaruh kelak atas nasibnya di akherat

Sahabat
Carilah sahabat sebanyak bisa dicariSahabat ada disamping kitaSaat kita duka... apalagi dikala kita bahagiaSahabat tidak mudah memang mencarinyaMembutuhkan begitu panjang waktu tuk mengenalinya

Saat kita pedih perih dan lukaSahabat akan mengerti tanpa kita kabariDia seakan punya antena yang amat pekaTerhadap kondisi dan rasa hati kita
Sahabat yang nyata Dia tidak bisa memadamkan persahabatnyaDan tidak bisa pula dipadamkanOleh hanya seperak hartaApalagi sesungging senyuman yang manis rupa

Mari kita bersahabatSebagai sahabat yang nyataSahabat yang saling percaya dan terbukaYang melahirkan kesalingmengertianYang akan menentramkan kita tatkala kita dahaga
Bantul, 26 Desember 2006
Zu Xy Lau

Monday, December 26, 2005

For My Beloved Beautiful Wife!!


Kelas 2 SMA
Perasaan itu tumbuh sedikit demi sedikit. Aku tidak bisa berbohong lagi bahwa aku mencintainya. Mungkin sangat mencintainya. Entahlah, aku sendiri merasa aneh. Setelah 16 tahun aku menjadi temannya, aku baru merasakan hal ini sekarang. Padahal, setiap hari aku bertemu dengannya.

Hari ini, aku benar-benar, 100 % menyadarinya. Dia wanita yang sempurna. Cantik, cerdas, modern,…apa yang kurang darinya? Excellent. Aku ingat betul kata-kata guru bahasa Inggrisku tadi siang.

"What men look for in a partner? First, physical attractiveness. Then, warm and affection, social skills, homemaking ability, fashion sense and sensitivity."
Itu pendapat laki-laki Amerika Utara. Tapi, boleh kan aku mengangankan wanita seperti itu juga?

Kalau dipikir-pikir, apa yang tak ia punya? Ia cantik, body-nya OK, lemah lembut, dan pintar bergaul. Sebagai temannya aku juga cukup tahu kalau dia pandai mengurus rumah. Aku kan sering bermain ke rumahnya. Soal fashion, cewek mana yang tak kagum dan ingin meniru dia? Dia itu trendsetter. Dan yang pasti dia sangat peka terhadap perasaan orang lain. Dia itu seorang psikiater buatku. Satu lagi yang perlu kutambahkan, dia itu pintar dan berwawasan luas. Sekretaris OSIS, juara parallel, presentasi sempurna, dan percaya diri yang tinggi. Cowok mana yang tak tertarik padanya?

Dan sejak kelas 2 SMA ini aku merasakan perasaan aneh itu. Yang kuyakini sebagai cinta. Ya, aku yakin sekali inilah cinta yang sesungguhnya. Cinta sejati yang hanya akan kurasakan sekali saja. Aku setengah yakin bahwa Niken, gadis Jogja yang sangat modern, teman mainku sejak kecil itu adalah cinta pertama dan akan jadi yang terakhir buatku.

Minggu kedua Bulan Januari, Sembilan tahun kemudian…
"Kamu ini mau istri yang seperti apa to’ Le? Lihatlah umurmu, sudah 25. Apa ndak kepikir untuk cari istri yang baik buat kamu?"

Ah…awalnya aku cukup merah kuping waktu mendengarnya. Entah sudah berapa kali Simbok menanyakan hal ini padaku.

"Simbok itu kuno. Jaman sekarang laki-laki menikah umur 30 tahun saja biasa. Kenapa aku yang baru berumur 25 tahun musti kesusu?" bisik batinku. Tapi, di depan Simbok aku tetap diam saja.

"Kamu itu kurang apa to, Le? Kuliah sudah lulus, kerja yo wis mapan. Nunggu apa lagi?"
"Nunggu calon, Mbok." Jawabku sekenanya. Padahal sebenarnya aku pun tak tahu apa yang kutunggu.
"Calon itu jangan ditunggu. Kamu itu lanang, Le. Musti nyari."

"Iya, Mbok." Malas-malasan aku memenangkan Simbok.
Percakapan itu cukup mengusikku juga rupanya. Mau tak mau aku tak bisa tidur malam ini. Sempat muncul bayang-bayang Niken di otakku. Apa mungkin dia? Tapi, bukankah sejak kuliah dulu, dia sudah mulai berubah? Dia tak lagi menghiraukanku. Ah…lalu, apa aku musti mengakhiri masa lajangku secepat ini? 25 tahun?

Astaghfirullah!!! Aku terhenyak pada bilangan itu. Aneh, aku baru sadar, padahal sudah sejak tadi aku memikirkannya. 25 tahun…bukankah Rasulullah juga menikah di usia itu? Aku sudah tidak muda lagi rupanya. Ah…aku bersikeras untuk tidak memikirkannya dulu. Mungkin, mending aku baca buku saja dari pada terus terusik. Aku asal buka-buka buku yang ada di depanku. Dan…

"Wahai para pemuda, jika salah seorang di antara kalian sudah mempunyai kemampuan, hendaklah segera menikah…"

Astaghfirullah!!!

Minggu ketiga bulan Januari
Hari ini juga kuputuskan untuk memberitahu Simbok tentang perasaanku pada Niken. Awalnya Simbok menolaknya mentah-mentah, dengan alasan kami ini orang miskin. Pekerjaanku sebagai staff redaksi di sebuah majalah islami -yang kata Simbok sudah mapan- itu pun ‘tak level’ untuk priyayi macam keluarga Niken. Aku terus membujuk Simbok. Aku yakin, Niken memang jodohku. Dan untungnya, Simbok luluh juga.

Ternyata keluarga Niken tak segarang apa yang ada dalam bayangan kami. Intinya, mereka menerima lamaran itu. Niken juga. Ah…bungah rasanya membayangkan punya istri sesempurna Niken. Apa kata teman-teman kantor nanti?

"Wah…istrimu cantik banget. Pinter banget. Rumahmu rapi banget…"
Serba banget pokoknya. Bawaannya orang lagi seneng mungkin ya?
Sekarang, masalahnya hanya mencari mahar untuk Niken. Aku sempat terhenyak ketika mendengar tujuh digit angka tersebut. 9.999.999 rupiah??

"Angka 9 itu kan paling gedhe. Jadi, itu bukti cinta Mas Handoko yang paling gedhe untuk saya, Budhe. Kalau Mas Handoko benar-benar mencintai saya, saya rasa ini bukan masalah." Kata Niken waktu itu, langsung di depanku dan Simbok. Aku tak habis pikir. Bukankah wanita yang paling baik itu yang paling murah maharnya? Kenapa Niken justru meminta mahar sebanyak itu? Lalu, dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Tapi, apa aku musti menawar mahar?

Ah…pusing rasanya. Mau nikah saja kok susah. Aku tidak ingin proses ini terlalu lama. Tapi, mahar sebanyak itu mana bisa aku dapatkan dalam waktu dekat ini?

Bahkan, belum aku berhasil mendapatkan uang sebanyak angka tujuh digit itu, aku sudah dibuat shock lagi oleh keluarga Niken. Mereka tiba-tiba membatalkan penerimaan lamaran. Hanya Karena aku meminta Niken untuk memakai jilbab saat pernikahan dan sesudahnya.

"Mau kawin kok ngatur-ngatur. Mas kawin saja belum kelihatan sudah minta yang aneh-aneh." Begitu kabar yang aku dengar telah menyebar dari mulut ke mulut, mengenai tanggapan keluarga Niken.

Bisa dibilang aku frustasi. Niken sendiri menolak mentah-mentah permintaanku itu. Saat itu pula aku sadar, banyak hal yang tak kuketahui tentang Niken. Persahabatan kami selama ini bukan jaminan untuk mengetahuinya lebih dekat lagi. Dan, bukan hanya aku yang malu. Simbok pasti lebih malu lagi, karena Simbok yang lebih banyak bergaul dengan tetangga kami. Aku tidak tega. Tapi, mau bagaimana lagi? Semua sudah terjadi. Kami hanya bisa menghadapinya saja.

Bulan Maret, minggu kedua
Sudah sebulan berlalu sejak penolakan itu. Aku memutuskan untuk tidak terlalu pusing memikirkannya. Walaupun para tetangga masih suka menggunjing kami ataupun keluarga Niken. Aku tidak peduli. Sekarang aku ingin lebih terfokus untuk belajar terlebih dahulu. Mungkin, semua itu terjadi karena aku terlalu terburu-buru.
Tapi, belum lama aku memutuskannya, malam ini aku bermimpi sesuatu.

"Mbok, aku mimpi disuruh menemui Pak Ustadz Fachrozi, yang ngajar ngaji waktu kuliah di kampus dulu. Kira-kira ada apa ya, Mbok?" tanyaku pada Simbok.
"Coba kau temui saja. Mungkin itu petunjuk dari Gusti Alloh, Le."

Singkat cerita, kutemui Ustadz Fachrozi di rumahnya. Kuceritakan perihal mimpiku pada Ustadz, tak lupa kabar pembatalan pernikahanku dengan Niken.

"Yah…kita ambil hikmahnya saja, Ko. Justru dari situ kan, kita bisa tahu apa pentingnya ‘perhiasan dunia yang paling indah itu’? Wanita sholehah. Tidak perlu disesali. Bukankah laki-laki yang baik itu untuk wanita yang baik pula? Dan sebaliknya. Jadi, kalau kamu yakin kamu itu baik, jangan pernah ragu dengan janji Alloh. Dan ingat, apa yang kita cintai di dunia, belum tentu dicintai olehn-Nya. Tapi yakinlah, Allah pasti tahu apa yang terbaik untuk kita."

Aku mendengarkannya dengan seksama. "Terimakasih, Ustadz." Lega rasanya setelah aku berbincang dengan Ustadz Fachrozi. Dulu waktu di kampus, beliau memang idola anak-anak. Dekat pula dengan mereka, termasuk aku. Dari beliau pula aku mulai belajar untuk tidak terfokus pada Niken, sampai aku siap menikahinya. Dan sekarang….

"Sekarang, mau tak…Ustadz kasih lihat wanita cantik?"
"Maksud Ustadz?"
"Ya…coba lagi."
Aku agak gusar. Sebenarnya, aku masih takut.
"Cantik…sekarang saya hanya perlu yang sholehah Ustadz."
Ustadz Fachrozi hanya tersenyum kecil.
"Lihat saja apa nanti kamu bisa menolak ‘cantik yang ini’." Aku hanya mengerutkan dahi.
Bulan April

Ceritanya aku, Simbok, dan Ustadz Fachrozi menemui orang tua wanita yang kata ustadz Fachrozi cantik itu. Aku juga diperbolehkan untuk melihat wanita itu. Cantik memang, walaupun tampak lebih sederhana dari Niken. Kata Ustadz Fachrozi, dia sholehah. Itu yang paling penting buatku sekarang.

Dan ternyata, proses menuju pernikahan begitu cepat. Tak lebih dari dua minggu proses ta’aruf, kami merasa cocok. Tentu keputusan ini aku ambil setelah melakukan sholat istikharah seperti kata Ustadz Fachrozi. Kini kami telah resmi menjadi suami istri dan tentu, kami telah memiliki hak dan kewajiban masing-masing.

Kurasa pria manapun yang menikah dengan wanita sholehah macam istriku, cepat atau lambat akan tahu secantik apa istri mereka. Isyah istriku , memang cantik. Perhiasan dunia yang terindah buatku. Bahkan, aku seperti melihat calon bidadari surga di rumahku sendiri setiap kali memandangnya.

Bayangkan, dari bangun tidur hingga tidur lagi wajahnya yang mendominasi rumahku. Tapi aku tak pernah bosan. Selalu ada saja yang membuat dia tampak begitu cantik di mataku. Bukan wajahnya. Tapi, apa yang terpancar dari wajahnyalah yang membuatnya demikian. Dia teman yang baik, yang selalu mengantarkanku pergi bekerja dengan senyum yang meneduhkan. Dia yang selalu menyambutku penuh kerinduan saat aku letih sepulang bekerja. Dia teman diskusi yang jenius. Subhanallah…Bayangkan betapa cantik hatinya…saat ia berhasil meredam emosiku yang kadang meluap-luap. Cantik kan?

Dan, melihatnya seakan memberitahukan padaku bahwa cinta yang sejati adalah cinta kepada Yang Menganugerahkannya padaku.


Rait
Yogyakarta, 21 Oktober 2005

Saturday, December 24, 2005

THE NEW ME IN THE NEW YEAR

(evaluasi diri tahun bari)
Tahun baru. Hal yang mungkin udah dinanti-nantikan banyak orang. Buat aku, sebenernya tahun baru tuh bukan hal yang spesial, yang musti dirayain rame-rame bareng temen-temen atau orang terdekat kita. Tahun baru buat aku adalah kesempatan kita buat evaluasi diri. Banyak yang melakukan evaluasi selain aku. Misalnya perusahaan-perusahaan, instansi pemerintah, dan tentunya aku berharap banyak orang yang melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan.

Tahun baru itu kesempatan kita untuk menilik lagi apakan tujuan akhir hidup kita udah bener? Misalnya tahun kemarin aku punya target untuk jadi juara kelas. Apa targetku udah aku dapet tahun ini? Trus, berapa persen dari semua target tahun lalu yang udah tercapai dan berapa yang belum? Aku perlu bikin evaluasi tentang itu. Trus, nata rencana dan target untuk tahun depan. Kalo tahun kemaren aku cuman pengin jadi juara kelas, sekarang aku punya target untuk jadi juara parallel misalnya.

Tahun baru buat aku saat-saat yang indah juga buat ngenang setahun yang udah berlalu. Misalnya, tahun ini aku dapet banyak hal spesial yang dikasih Tuhan dan aku belajar banyak hal baru. Misalnya gimana aku bisa nerima kenyataan, kalau nggak semua keinginan dan harapan kita tuh musti tercapai and terturuti. Kutipan ini aku dapet dari Ayahku waktu beliau bilang, “Yah…maklumlah Yan, Ayah juga tahu kok gimana rasanya kecewa. Waktu kecil Ayah juga sering kecewa. Tapi kan nggak papa. Nggak semua keinginan itu harus dituruti.”

Trus aku juga dapet pelajaran kalau materi itu nggak seberapa penting daripada…banyak hal. Persahabatan misalnya. Atau dukungan orang-orang yang nggak bisa dibayar dengan uang. Ini aku dapetin waktu aku cuman jadi juara III di suatu lomba. Ya, sempet kecewa juga. Tapi nggak aku sangka-sangka, aku nemuin hal baru kalau ternyata banyaaak banget orang yang dukung aku. Dari temen-temen sekelas, guru-guru, sampe petugas TU yang aku nggak kenal dia pun kasih dukungan buat aku. Berapa rupiah tuh dukungan bisa dihitung? Nggak bisa dong. Dan masih banyak lagi pelajaran yang bisa aku petik selama setahun ini. Yah, setahun ini bikin aku lebih kaya and dewasa, daripada setahun yang sebelumnya.

Tahun baru juga waktunya aku buat bikin pengakuan atas kesalahan and dosa-dosa aku buat jadi “aku yang baru”. Misalnya tahun lalu aku pernah pinjem kartu perpustakaan temenku tanpa ijin and bikin dia kalang kabut nggak karuan. Itu semua tuh inisiatif temenku. Tapi aku nggak bisa nyalahin siapapun. Salah atau nggak kan pilihanku sendiri. Kenapa aku mau coba? Akhirnya aku harus ngerasa berdosa banget. Dan aku belajar buat ngeakuin kesalahan (tanggung jawab man!).

Trus, ada hal spesial yang aku dapet selama setahun ini. Aku dapetin Ayahku tuh perhatiaaaan banget sama aku. Aku juga nggak tahu Ayahku kena sambet apa (na’udzubillah). Tapi beliau tuh bener-bener hebaaaat banget. Maniiiis banget. Aku suka banget deh.

Nah, untuk nata tahun depan aku musti bisa kasih balasan buat sikap semua orang sama aku. Dan aku musti jadi The Better Me! buat tahun ini dan tahun-tahun berikutnya.

Ada dua pilihan untuk tahun depan, buat siapa pun yang mau evaluasi diri. Simple aja kok. Jadi lebih baik atau lebih buruk. Kata Sean Covey (aduh aku tergila-gila sama dia apa yah? Aku ambil intinya aja yah), mau jadi apapun kita itu pilihan kita. Jadi, jangan sampe nyalahin siapapun seandainya tahun depan kita jadi the worse us. Karena itu kan pilihan kita juga. Maka dari itu, kenapa kita musti bikin rencana buat tahun depan yang lebih baik. Jangan sampai deh, tahun depan kita masih jadi tukang niru. Tahun ini kita musti jadi orang yang bisa kita banggakan. Artinya, tahun depan kita musti bangga sama diri kita dengan segala yang udah dikasih Tuhan buat kita. Kalau tahun lalu kita masih ngerasa didikte sama ortu, pacar, temen, atau orang lain di sekitar kita, tahun ini kita musti independen.

Kalau tahun lalu kita masih ngerengek-rengek minta ini-itu sama ortu, tahun ini kita musti bisa buat lebih ngerti ortu and ngehormatin mereka. Kalau bisa, kita tunjukin kalau kita bisa dapet apa yang kita pengin by our selves. Bantu ortu juga kan?

Trus, kita juga musti kumpulin semua masukan-masukan buat bangun diri kita sendiri. Misalnya tahun lalu aku dibilang kalau lagi sibuk suka nggak pedulian. Tahun ini aku musti gimana? Lebih bisa ngatur antara pribadi dan sosial dong. Boleh sibuk tapi nggak lupa temen. Trus kalau tahun ini kita dapet kritik pedes dari guru katanya kita selengekan, tahun ini aku jadi the better student!

Oh iya, tahun ini aku dapet PR untuk bikin klub karya ilmiah di sekolah. Aku juga musti bikin action plan juga dong biar nggak amburadul and bisa jadi klub yang baik. So, udahan dulu yah…!

MY SPECIAL DAY

Tanggal kesayangan gue 10 Januari udah mau dating. Tapi aku nggak terlalu suka. Selain berasa udah mulai tua, sisa umurku udah berkurang 18 tahun. Sedih banget….
Tapi, aku berasa dewasa juga. Biarpun aku mungkin masih di tahap middle adolescent tapi berasa udah pengin dewasa aja. Biarpun masih banyak yang bikin aku blom pantes dibilang dewasa, tapi nggak apa aku mau bilang kalau aku udah dewasa. Suka-suka aku dong!!!
Trus, aku pengin matur thank you buat orang-orang yang udah berjasa banyak buat aku. Buat Ayah-Ibu yang udah so kind….hiks..hiks…mohon maap jg deh. Trus buat kakak-kakakku yang unik-unik, gengsi gue bilang thank you. Temen-temen yang senasib sepenanggungan, so thank you for all. Buat orang-orang nyata yang udah bikin aku belajar banyak tentang hidup and kehidupan (cie…sruuut sruuut…ih jijay). Trus…buat orang-orang dunia maya juga nggak ada salahnya. Thank you. Buat pengemis di jalan, tukang jualan di sekolah, pak kbon, petugas perpus, thanks for the service (pengemis ngasih servis apa? Au ah..)
Buat orang-orang yang udah bikin bete. Maybe kalian cuman salah satu sarana dari Tuhan buat ngingetin aku supaya jangan bikin bete orang lain. Dan yang pertama……(lho kok di belakang..) Thanks GOD!! I LUV U so much…!!

Belajar dari Kegagalan

Ada banyak hal positif yang bisa kita ambil dari cerita hidup kita. Sekarang aku tahu kenapa cerita hidupku itu bisa indah banget. Karena hatiku bilang itu indah. Sean Covey pernah bilang, APA YANG KAMU DAPATKAN ADALAH APA YANG KAMU LIHAT. Jadi, ketika aku lihat hidupku itu indah, itu yang aku dapat. Hidup itu indah buat aku. Bahkan aku bisa nyombong kalo hidupku tuh lebih indah dari hidup siapa pun. Itu hakku kan? Dan semua orang nggak salah kok seandainya mereka mau bilang hal yang sama tentang hidup mereka. Hidup kita lebih indah dari novel-novel terkenal macam “The Lost Boy”, “A Child Called It” atau “A Man Named Dave”-nya Dave Pelzer.
Kemaren aku kalah waktu ikutan lomba karya ilmiah siswa (KIS). That’s very bad. Buuuuuruk banget buat aku. Nggak ada yang lebih buruk daripada ngikutin sesuatu yang ‘nggak seharusnya diikutin’. Aku lebih suka bilang begitu. Aku lebih suka bilang bunuh diri. Siapa yang mau ikut lomba karya ilmiah kalo naskahnya musti jadi dalam sehari semalem?
Tapi aku yakin, nggak ada ruginya kalo aku ikut. Toh aku punya prinsip…”Keep on Trying”. Walaupun aku sadar bener…kalo aku lagi ngelakuin sesuatu yang nggak perlu aku lakuin. Sesuatu yang sia-sia. Aku nggak akan menang dengan naskah yang kayak gitu. Yang jelek. Yang amburadul. Yang tanpa persiapan. Aku yakin nggak akan ada juri yang menangin aku, kecuali kalo jurinya ngantuk. Nggak ada keajaiban dengan suatu kebodohan. Nggak akan semudah itu.
Tapi…semua itu bukan berarti kalo semua udah berakhir kan buat aku? Toh aku nggak akan rugi. Nggak sakit, nggak kehilangan apapun. Aku musti tetep ikut. Apalagi udah ada banyak orang yang dukung aku.
Dan aku dapet satu tantangan lagi. Musti presentasi dengan bahasa Inggris. Sampe detik-detik terakhir aku masih ragu apa aku bisa. Aku benci itu. Nervous n gak percaya diri. Semua jadi sulit. Kurasa bukan karena aku nggak mampu. Lebih karena aku nervous, tertekan sama keadaan diri sendiri. Dan karena itu pula aku musti puas nangkring di urutan 12 dari 25. So BAD!!!
Tapi ada yang bisa aku ambil dari itu semua. Kaya dalam buku “The 7 Habits of Highly Effective Teens”-nya Om Sean, jadilah proaktif. Bukan reaktif. Aku adalah sumber pendorong bagi diriku sendiri. Manusia bisa bahagia atau tidak adalah tergantung pilihannya sendiri (Abraham Lincoln, mantan presiden Amerika Serikat). Aku nggak bisa nyalahin furuku yang udah nyuruh aku ikut, padahal beliau juga nggak yakin aku akan menang. Dan dia tahu, kemungkinan buat menang itu kecil banget. Atau karena beliau kasih sms aku yang bikin aku nangis sebelum lomba. Itu cuman dukungan dan harusnya aku bersyukur untuk itu. Aku juga nggak bisa nyalahin kepala sekolah yang nggak pernah tanggap sama ajang kreativitas anak-anaknya sampe informasi selalu aja dating telat. Atau keadaan yang bikin aku gecubrakan. Semua itu udah jadi pilihanku. Aku yang milih untuk ikut. Aku yang pengin nyoba dan buktiin prinsipku sendiri. Semua pilihanku. Aku yang bilang dalam hati, nggak ada ruginya aku ikut. Aku udah ngikutin kata hati. Jadi, nggak ada yang salah dong. Bahkan kalo akhirnya aku kalah, juga bukan suatu kesalahan. Itu bisaa, kata guruku (berarti aku bisaa kalah dong…huaaa……)
Dan semua kebukti kok kalo emang nggak ada ruginya aku ikut. Aku bahkan bisa nyebutin daftar keuntungan yang aku dapet dari situ. Aku bisa dapet banyak temen, tambah pengalaman, tambah pengetahuan, tambah pede, dan aku jadi tahu, nggak perlu takut untuk nyoba sesuatu. Aku jadi sadar, aku udah ngelakuin sesuatu yang hebat. Bukannya nggak semua orang mau dan berani, walaupun sekedar buat nyoba? Dan aku udah buktiin kalo aku bisa. Itu hebat kan? Dan kaya kata Bapakku, aku udah menang pengalaman. Dan mimpiku selama ini yang bikin aku males masuk SMK (karena di SMA ada KIR) bakal terlaksana. Bakal ada klub KIR di skul dan aku bakal bikin sejarah baru. (Cie…)
Banyakkan yang aku dapet? Dan aku jadi percaya. Kalo…ada yang baik juga karena ada yang jelek, kita bisa dibilang pinter karena ada yang nggak pinter, kita belajar jadi pendengar dari orang yang banyak ngomong, dan KITA BISA BELAJAR BERHASIL DARI KEGAGALAN YANG UDAH KITA DAPAT SEBELUMNYA. Sukses itu bukan dari hasil yang kita capai aja, tapi ke perasaan kita juga. Kalo kita merasa sukses, maka itulah kesuksesan kita yang sebenernya.
Jogjakarta, 20 Desember 2005
Rait Rahmatullah

Tuesday, December 20, 2005

atjeh


Beberapa hari lagi bakal ada acara perpisahan di skul. Aku nggak tau acara macam apa yang bakal dibikin sama anak-anak OSIS. Yang aku tahu, acaranya berhubungan sama selesenya masa praktek anak-anak Aceh di skulku. Yang artinya, mereka bakal balik lagi ke daerah asalnya, Nangroe Aceh Darussalam.

Wah…nginget-inget anak Aceh sebenernya rada bikin nggak ngeh juga. Awal perkenalan yang bikin gondok gedhe cukup jadi pelajaran buat aku.
“Ada bayaran nggak?”

Wah…kaya ditonjok godam waktu denger kata-kata itu keluar. Sebenernya aku udah nggak enak banget buat minta salah satu ato dua dari mereka buat ngisi acara pemutaran vcd tsunami malem itu. Pikirku, apa aku nggak garamin luka mereka? Tapi setelah denger jawaban yang kayak gitu…aku jadi sebel-sebel gimana…gitu (lha gimana sih?)

Tapi ada juga hal yang perlu aku kagumin dari mereka. Terutama semangat belajarnya. Waktu itu, ceritanya aku lagi latihan presentasi sampe sore. Lagi mendung gitu. Nggak taunya di luar lab ada 2 anak Aceh yang lagi nunggu Pak Kus, yang lagi sibuk ngurusin anak-anak. Mereka nunggu lumayan lama sampe akhirnya minta aku buat manggilin Pak Kus. Wah…udah nunggu lama gitu, mereka rela latihan komputer sore-sore. Selese jam berapa nanti yah? Padahal kan siangnya mereka baru aja PKL (prakteknya anak SMK). Ck…ck…perlu diacungin jempol deh. Coba bandingin ma aku, mending bolos kali..hehe…

Dan yang pasti nggak bisa dilepasin waktu ngomongin anak Aceh…pasti (kaya yang udah disebut sebelumnya), soal tsunami. Nggak semua dari anak-anak Aceh itu jadi korban tsunami. Tapi tetep aja, pasti ada trauma tersendiri dalam hati mereka. Apalagi buat yang jadi korban. Denger cerita mereka mungkin udah klasik. Tapi sisa-sisa luka mereka…apa kita masih bisa bilang kalo itu juga hal yang klasik?

Seingetku, awal adanya berita Tsunami tuh bener-bener duka buat seluruh bangsa Indonesia. Nggak sedikit orang yang nitikin air mata. Ada buaaaannyyak banget hikmah yang bisa dipetik dari sana. Salah satunya, klo ternyata sodara kita tuh bukan cumin orang-orang yang ada di sekitar kita aja. Mereka, biarpun jauh di ujung barat sana, juga saudara kita.

Dan ada yang sebenernya pengin aku bilang buat mereka. Bahwa dari sini kita udah mulai bikin jalinan persahabatan. Yang tentunya nggak bisa diukur dengan materi sejumlah “berapa” pun.
Buat kita yang dulunya nunjukin simpati yang gedhe banget, mereka masih butuh simpati dari kita. Di akhir tahun yang bakal ngingetin kita sama peristiwa tragis 26 Desember 2004, kita introspeksi lagi deh diri kita. Masih nggak sih kita punya toleransi yang sama kaya setahun yang lalu? Masih nggak sih kita nyelipin do’a-do’a buat mereka di sela do’a buat diri kita sendiri?

Dan yang musti kita ingat, kita nggak cukup cumin menyesali apa yang terjadi. Banyak hikmah di balik peristiwa itu. Semuanya bakal mendewasakan kita. Dan yang musti kita lakuin sekarang, hidup sebagai manusia baru yang siap buat bangun lagi dari kehancuran. Dengan semangat baru dan jiwa yang baru. Semoga kita bisa membangun Aceh kembali. Amin…

Jogjakarta, 5 Desember 2005

berbagi


Bahagianya bila dapat membagi bahagia
Ringannya bila berbagi derita
Indahnya bila berbagi cinta
Maka berbagilah

SEDETIK SETELAH 1000 TAHUNKU


Seribu tahun t’lah kulalui
Memikirkanmu
Merenungkan segalanya tentangmu
Membuang waktu yang diberikan untukku
Seribu tahun ini aku menyesali
Meronta-ronta untuk melepas diri
Terbebas dari belenggu yang membunuh hati
Maka,
Biarkanlah sedetik ini
Sebelum benang-benang menyesakkanku
Rongga-rongga kehidupanku terhimpit kaku
Biarkan kucoba meraih cinta-Mu
Jogjakarta

Rait, 5 Desember 2005

Sajak yang Ngingetin Aku Tentang Waktu


Mbak number one-ku pernah bilang, “Masa muda itu cuman sekali dan indah banget. Pake sebaik-baiknya, jangan sampe nyesel. Soalnya kamu nggak akan dapetin kesempatan buat jadi remaja dua kali.”


Sajak dari The 7 Habits of Highly Effective Teens:

Untuk mengetahui nilai satu tahun
Tanyakan seorang siswa yang gagal
Dalam ujian kenaikannya.

Untuk mengetahui nilai satu bulan
Tanyakan seorang ibu yang melahirkan
Bayi prematur.

Untuk mengetahui nilai satu minggu
Tanyakan seorang editor majalah mingguan.

Untuk mengetahui nilai satu hari
Tanyakan seorang buruh harian yang punya
Enam anak untuk diberi makan.

Untuk mengetahui nilai satu jam
Tanyakan seorang kekasih yang sedang menantikan
Waktu bertemu.

Untuk mengetahui nilai satu menit
Tanyakan seorang yang ketinggalan kereta.

Untuk mengetahui nilai satu detik
Tanyakan seorang yang selamat dari kecelakaan.

Untuk mengetahui nilai 1 milidetik
Tanyakan seorang yang memenangkan medali di Olimpiade.

INI DIA KENAPA WAKTU BEGITU BERARTI, DAN SAYANGNYA AKU MASIH SERING NYIA2IN.

Monday, December 12, 2005

senyum

SENYUM adalah bahasa dunia. Ia menunjukkan keceriaan. SENYUM adalah perhiasan batin yang dapat membantu mengindahkan perhiasan lahir yang tidak sempurna. Setiap kali berhubung dengan orang lain, sewajarnyalah kita SENYUM. SENYUM adalah jalan pintas bagi menyatakan anda menyukai seseorang. "SENYUM" yang kamu berikan apabila berhadapan dengan sahabatmu adalah satu sedekah. SENYUM adalah jambatan persahabatan. SENYUM adalah satu perlabuhan yang pastinya tidak akan merugikan. Di Moscow, Rusia, ada sekolah yang mengajar untuk SENYUM. SENYUM harus ada ketululusan. SENYUM yang dibuat-buat pasti tidak akan menyenangkan, sama saja dengan kening yang berkerut. Adalah diperakui, setiap kali terSENYUM kita hanya menggerakkan 15 otot manakala ketika marah kita akan mengedutkan 63 otot di bahagian muka. Perbuatan mengerutkan dahi saja memerlukan gerak kerja 40 otot. Bayangkanlah !!! "SENYUM" juga adalah malaikat rahmat yang turun ke dunia. Kebanyakkan SENYUM adalah jangkitan. Apabila kita SENYUM orang akan SENYUM balik kepada kita. Orang akan merasa dihargai bila kita SENYUM padanya, sekligus ia akan memberi tanggapan yang baik kepada diri kita. Lantas ... . kenapa kita tidak muliakan ? Muliakan dengan diri kita. SENYUMlah kepada orang yang tidak anda kenali hari ini. Insya-Allah dia akan membalas SENYUMan anda itu. Alangkah mudahnya membina rangkaian persahabatan... ... .. Willian Shakespere mengatakan : "Apa yang anda kehendaki akan lebih cepat diperolehi dengan SENYUM daripada memotong dengan pedang" Semasa bekerja, semasa belajar, SENYUMlah. Ia akan menumbuhkan rasa keriangan dan kegembiraan. Bila berhadapan dengan keadaan sukar SENYUMlah. Bukankah ketawa yang sopan itu sehat. Pujangga menyebut : "SENYUMan itu kelopak. Tertawa itu bunga yang sempurna kembangnya

my best friend

anita itu temen terbaikku. aku pernah marahan sama dia selama sebulan cuman gara-gara salah paham. sedih n nyesel banget rasanya. untungnya aku mau minta maaf sama dia. yah...walaupun gak bisa kaya dulu lagi tapi aku seneng baikan lagi ma dia. aku g tau kenapa aku bisa deket n temenan ma dia. padahal...dulunya aku sebel sama dia. gak tau kenapa akhirnya bisa jadi close friend. awalnya dia itu nggak cewek banget. hhehe..tapi lama2 dia berubah. ya...mungkin persahabatan kami bikin timbal balik. aku jadi rada tomboy eh dia malah jadi girly. hehe... dulu, kemana-mana aku ma nita tuh always 2gether. gak kepisah. mo ke kantin, ke kamar mandi (nganterin maksudnya), bahkan praktikum sll satu klompok. aku pernah ngilangin bros yang dia kasih. aku nyesel bgt. kita nyari bros itu, balik ke skul (padahal udah 1/2 jalan ke rumah)/ uh..nyesel bgt soalnya brosnya g ketemu. padahal itu hadiah buat ultah aku. aku tahu cerita cinta dia dan dia tahu ttg aku. aku pernah ngeliat dia nangis buat co-nya. dia itu setia bgt. walaupun awalnya aku sempet ngerasa dia bego bgt sih. abis aku baru pertama ngeliat ce nangis gara2 co sih. tapi...akhirnya aku salut juga. sekarang aku gak tll deket sama dia. tapi aku masih sayang dia as my best friend kok. semoga Allah mengekalkan persahabatan kami. amin...

thankful Allah

aku pernah ngerasa narsis. tapi aku juga pernah ngerasa rendah diri banget. sesukaku lah.
tapi sekarang aku ngerasa...hidup setiap manusia itu istimewa.
aku pernah ingin...buat gak hidup lagi. tapi sekarang aku ingin hidup lebih lama lagi. soalnya aku baru ngerasa klo hidupku lebih indah daripada orang lain. cerita hidupku lebih indah dari cerpen atau novel manapun.
aku punya keluarga dan temen yang lebih hebat dari siapapun.
aku ingin mensyukuri semuanya. Terimakasih Allah.