Monday, July 23, 2007

Pendidikan Sex Anak

Pendidikan seks usia dini emang penting. Tapi pendidikan yang seperti apa sih? Apa batas-batas yang harus diketahui anak dan mana yang belum boleh diketahui dengan gamblang? Apakah semua orang tua sudah dapat memahaminya? Gimana kalau sampai anak mencari informasi dari orang/media lain yang tidak tepat?

Mushola kecil, 2006
“Mbak Yani, kalau udah mau menstruasi gitu tandanya gimana sih? Trus nanti kita musti gimana?” Tanya Shinta yang usianya memang sudah mendekati baligh, di serambi mushola.
Setelah kucoba untuk menjelaskan –semampuku-, aku sempat bertanya, “Bisaanya tanya-tanya sama ibu juga nggak?”
“Nggak.”
“Kenapa?”
“Tanya sih, tapi jawabnya cuman dikit-dikit gitu. Trus nanti lama-lama cuman bilang, ‘nanti kalau udah dapet juga tau’”

Hasil survey menyatakan, sebagian besar pelajar mendapatkan info tentang seks dari : 1. buku/media, 2. sekolah, 3. teman, dan terakhir baru orang tua. Ironis! Padahal keluarga adalah lembaga pendidikan terpenting bagi perkembangan anak/remaja.

Lomba Minat Baca, 2005
Seorang finalis Lomba Minat Baca Kabupaten Sleman 2005 –bertema ‘Pendidikan Berkualitas bagi Anak atau Siswa’- mengangkat tema tentang ‘kebohongan’ dalam mendidik anak. Diceritakan, “Ketika anak tidak mau makan, orang tua mengatakan ‘Ayo makan, nanti kalau tidak makan ayamya mati’. Hal ini adalah kebohongan. Seharusnya anak tidak diajari dengan cara berbohong seperti itu karena akan berefek pada diri anak nantinya.”

Juri bertanya, “Sekarang kalau misalnya ada anak TK bertanya pada ibunya –misal Anda adalah ibunya-, ‘Bu, kok adik bisa lahir ceritanya gimana sih?’ Anda akan menjawab seperti apa?”

“Ya kita harus menjelaskannya dan tidak boleh berbohong.”
“Bagaimana Anda akan menjelaskannya?”
“Ya, awalnya ada dua orang laki-laki dan perempuan—“
“Anda akan menjelaskan seperti itu? Dia itu masih TK lho. Apa dia akan mengerti?”

Sebenarnya penjelasan seperti apa sih yang tepat untuk anak? Suatu hal yang cukup sulit mengingat pertanyaan anak kadang tidak dapat diprediksi/tidak terduga. Missal, dalam ‘kolom ayah’ majalah Ummi, diceritakan seorang ayah ditanya oleh anaknya: “Bah, kenapa sih aku nggak langsung gede aja seperti Abah sama Ummi?”

Apakah untuk menjawab kedua pertanyaan seperti di atas diperlukan kejujuran? Apakah apa yang diceritakan finalis itu merupakan kebohongan dan tindakan tidak jujur?

***
Nonton TV, 2007
Dalam film “Intan” pernah tertayang sebuah adegan, ketika anaknya diajak oleh Om’nya. Mereka duduk di depan TV, kemudian tiba-tiba terdapat adegan ‘tidak pantas’ dalam acara tersebut. Si Om menonton acara tersebut tanpa mempedulikan si Anak, hingga akhirnya datanglah Neneknya, ngomel. Kata Om-nya “Mama gimana sih? Dia kan butuh pendidikan seks sejak masih kecil. Jadi nggak papa diajak nonton yang beginian.”

Mushola kecil, 2006
Dalam kehidupan nyata, ada juga cerita seorang anak yang tiba-tiba bercerita hal seronok di depan teman-temannya. Ketika ditanya Ustadz-nya, “Siapa yang cerita seperti itu?”
Kata anak dengan lugunya, “Bapak…”

DUARRR!!!

***
Perlunya pendidikan seks adalah untuk mengantisipasi ‘hal-hal yang tidak diinginkan’ terjadi pada anak/remaja. Missal karena merasa penasaran, kemudian anak/remaja tersebut melakukan hubungan seks, dll. Jadi, pendidikan seks juga tidak boleh terlalu gamblang sehingga justru seperti menjadi petunjuk bagi mereka untuk melakukan hal tersebut. Selain itu, perlu juga diceritakan hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut, missal efek, akibat, dan bagaimana dia harus menghadapi tiap-tiap fase perubahan dalam dirinya. Missal, seorang anak yang sudah mendapati menstruasi, tidak hanya dijelaskan tentang hal tersebut secara biologis. Namun, dijelaskan pula tentang kewajibannya berjilbab, tatacara mandi wajib, dll.

Pada intinya, pendidikan seks di masa-masa globalisasi yang serba bebas seperti sekarang menjadi sangat penting. Di tengah pergaulan bebas, anak harus mempunya resisten dan pengetahuan yang kuat dan luas tentang apa yang sedang dihadapinya. Pendidikan seks yang salah kaprah akan menjatuhkan generasih mendatang pada jurang kehancuran yang sangat dalam.

No comments: