Monday, November 05, 2007

Buang Penghalang, Terus lah Berjalan

Oleh: Ukhti_Kecil

Sebenarnya apa yang menghalangimu berjalan? Baiklah, saya yang dulu (sedikit) introvert dan terbiasa menentukan apa-apa sendiri (kecuali urusan dengan Bapak), tiba-tiba harus (mau tidak mau) terbiasa untuk terbuka.

Hm, saya pikir sudah cukup bisa mengatasi ini sejak sekolah menengah, sejak mengenal seorang sahabat yang cuek tapi perhatian, cerewet, lucu, dan yang pasti sangat terbuka (bahkan sering cerita yang nggak penting dan ‘ngangeni’). Dialah Ismi :)

Awalnya saya pikir begitu. Tapi nyatanya, bibit-bibit karakter asli saya tidak bisa dihilangkan atau bahkan disembunyikan. Ingat beberapa momen heroik yang sudah saya jalani. Mengelola TPA (walau berjalan sangat sebentar), mengumpulkan teman-teman KIR, hingga mendaftar perguruan tinggi. Semua ‘sendiri’ (dalam arti teknis: pelaksanaan, bukan pada keseluruhan proses). Kali ini, saya merasa nyaman menyelesaikan ‘gencatan senjata’ sendiri. Hei,,,ini hanya sebuah penghargaan yang coba saya berikan untuk kerja keras ‘kontingen’ saya. Mereka (jiwa dan raga saya) yang telah berjuang, berhak untuk mendapatkan sedikit sanjungan dari diri saya sendiri.

Well, honestly... i start to be affraid. Benarkah itu yang kemudian disebut ‘tegar’, ‘kuat’, ‘heroik’, ‘fightful’, dsb? Atau jangan-jangan bibit-bibit individualis dan perfeksionis justru berawal dari situ?

Saya terbiasa punya standard sendiri untuk ‘pekerjaan’ yang saya jalani. Tapi tidak ketika saya berada dalam apa yang disebut ‘jamaah’. Ada kepentingan umum yang sudah ada standardnya di sana. Dan saya (mau tidak mau) harus mengikuti standard bersama yang –Insya Allah- juga untuk kepentingan bersama itu.

Namun, itu bukan berarti standard pribadi ‘dikekang’. Ada standard pribadi yang musti dijaga untuk membuat kita kukuh di jalan ini, yang menjadi prinsip gerak pribadi di tengah komunitas tersebut. Dan di sinilah si hamba dhoif ini mulai bimbang.

Ketika aku berkata: perfeksionis, lalu ada orang yang bertanya, “perfeksionis” itu baik atau buruk? Jawab sendiri saja dengan membaca ini.

- perfectionist: a person who tries to get every detail correct and is not satisfied with anything less than perfection.

- Perfection: 1) the state of being perfect; absence of faults, 2) the highest state or quality possible, 3) the process of improving sth so that it becomes p’fect.

- Perfect: satu pengertian yang paling dekatà ideal.

Jadi, ternyata perfek di mata perfeksionis adalah ideal, bukan excellent.

Mengenai standard pribadi yang saya miliki, selama ini tidak ada masalah. Namun, mau tidak mau saya harus cepat menyadari bahwa ukuran sepatu saya tidak lah sama dengan ukuran sepatu orang lain. Masih ingat cerita sepatu kaca? Sang pangeran tidak menemukan pemakai sepatu yang pas selain si pemilik sepatu itu sendiri, si putri cantik Cinderella.

Begitu pula ‘nasib’ standard yang saya ciptakan untuk diri sendiri. Itu hanya dapat saya terapkan pada diri saya. Orang lain punya standard sendiri dengan pertimbangan yang berbeda.

Jadi...pertama, saya harus sadar dan mengakui adanya ‘standardisasi’ itu. Kedua, saya harus lebih sadar bahwa orang lain punya standard sendiri seperti halnya saya. Ketiga, menyadari bahwa kekuatan baja orang lain bisa jadi kapas jika diterapkan pada diri saya, begitu pula sebaliknya. Keempat, sadar bahwa diri ini adalah makhluk spesial yang perlu perawatan khusus dengan terapi yang pas untuk diri sendiri. Unik dan beda dari yang lain. Jadi, ada saat untuk berdiri setegar karang tanpa takut mengecewakan orang lain, merasa bersalah, dsb.

I almost get the answer.

No comments: